Raksasa keuangan asal Jepang, Mitsubishi UFJ Trust and Banking Corporation (MUFG), sedang bersiap menerbitkan stablecoin di tengah tren adopsi kripto yang semakin kuat. Langkah ini bukan hanya mencerminkan perubahan strategi bisnis bank tradisional, tetapi juga menandai babak baru dalam peta persaingan di sektor keuangan digital.
Langkah Strategis MitsubishiÂ
Dalam wawancara eksklusif dengan The Yomiuri Shimbun yang dipublikasikan pada 9 April lalu, Presiden Mitsubishi UFJ Trust and Banking, Hiroshi Kubota, membeberkan rencana besar perusahaannya: menerbitkan stablecoin dalam waktu dekat.
Kubota menjelaskan bahwa sistem teknologinya sebenarnya telah rampung sejak tahun lalu. Saat ini, mereka hanya tinggal menyelesaikan tahap akhir penyesuaian sebelum mata uang kripto berbasis fiat tersebut benar-benar diluncurkan ke publik.
Langkah besar ini tidak dilakukan sendirian. Mitsubishi menggandeng anak perusahaannya, Progmat Inc., untuk mengembangkan infrastruktur berbasis teknologi blockchain yang akan menjadi tulang punggung sistem stablecoin ini.Â
Menariknya, penggunaan awal mata uang digital ini akan difokuskan untuk perdagangan carbon credit. Kubota juga menyoroti berbagai keunggulan teknologi ini untuk memfasilitasi transaksi tersebut serta dampak penting lainnya.
“Stablecoin itu murah dan pembayaran dapat diselesaikan lebih cepat. Ini adalah terobosan besar dan bisa berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai masalah sosial,” tegasnya.
Tak main-main, MUFG menargetkan pendapatan kotor hingga ¥30 miliar pada tahun 2034 dari proyek stablecoin ini. Target tersebut juga mencakup pendapatan dari kerja sama dengan startup dan lini bisnis digital lainnya yang tengah dikembangkan.
Dorongan Regulasi yang Kian Jelas
Keputusan Mitsubishi untuk masuk ke pasar mata uang kripto yang merepresentasikan fiat tampaknya bukan muncul dalam ruang hampa. Jepang sendiri terus memperjelas dan memperkuat regulasi terkait aset digital.Â
Salah satu tonggaknya adalah legalisasi USDC milik Circle pada Maret lalu oleh Financial Services Agency (FSA), yang membuat Jepang menjadi salah satu yurisdiksi paling ramah terhadap stablecoin.
Tak hanya itu, regulasi kripto yang baru dirilis oleh pemerintah Jepang juga memberikan klasifikasi yang lebih jelas terkait jenis mata uang digital, sehingga membuka jalan yang lebih lebar bagi institusi besar seperti Mitsubishi untuk masuk tanpa khawatir tersandung masalah hukum.Â
Stablecoin Semakin Dominan
Minat terhadap stablecoin memang tengah melonjak. Menurut laporan sebelumnya, volume transaksi mata uang kripto berbasis fiat tersebut pada 2024 mencapai lebih dari dua kali lipat dari total transaksi tahunan Visa yang tercatat sebesar US$15,7 triliun.Â
Tidak hanya Jepang, Amerika Serikat pun mulai menunjukkan sikap yang lebih terbuka terhadap stablecoin, sehingga menarik minat berbagai institusi besar. Sikap ramah ini menciptakan peluang bagi banyak perusahaan untuk berinovasi dan memanfaatkan potensinya.
Langkah yang diambil oleh Mitsubishi bisa dilihat sebagai bagian dari gelombang global di mana institusi besar mulai berlomba untuk memposisikan diri dalam ekosistem mata uang digital yang terus berkembang.
Dengan kombinasi strategi bisnis yang visioner, dukungan teknologi blockchain, serta regulasi yang semakin jelas, Mitsubishi tidak hanya merespons perubahan zaman, tetapi juga berupaya menjadi pelopor dalam era baru keuangan digital. [dp]