Di perhelatan akbar Money20/20 Asia, blockchain dianggap sebagai teknologi yang disruptif, selain teknologi lain yang sudah ada. Apa alasannya bagi masa depan bisnis di Asia?
“Teknologi seperti machine learning, komputasi awan, blockchain, aset kripto dan bahkan komputer kuantum telah dikembangkan dan digunakan sebagian besar secara terpisah. Namun potensi sebenarnya justru lebih terbuka jika semua dipadukan. Jika itu diterapkan oleh perusahaan keuangan, maka ada banyak pilihan soal kecepatan, keamanan dan kenyamanan bagi konsumen,” tegas Tracey Davies Presieden Money20/20 Asia kepada Blockchainmedia.id, Rabu (22 Januari 2020).
Bagi Davies, tahun 2020 ini tak hanya sempurna dari segi lambang bilangan, tetapi pula sempurna dari segi peluang menetapkan visi perusahaan. Perhelatan Money 20/20 Asia pada 24-26 Maret 2020 di Singapura mampu membawa gambaran yang jelas tentang potensi industri teknologi keuangan (fintech) di Asia.
“Melalui ajang itulah, para pelaku bisnis di Asia bisa merencanakan, membuat dan berkolaborasi dengan pelaku bisnis lainnya,” jelas Davies.
Para Narasumber Ternama
Money 20/20 Asia akan menghadirkan sejumlah narasumber yang merupakan tokoh-tokoh ternama, di antaranya Douglas Feagin (President of International Business, Ant Financial Services Group), Armand Hartono (Direktur PT Bank Central Asia), Jason Thompson (CEO OVO), Jason Gardner (Pendiri dan CEO Marqueta), Muhamad Fajrin Rasyid (Co-Founder dan Presiden Bukalapak) dan Anubrata Biswas (CEO Airtel Payments).
Pembicara dari Grab, Stripe, Tencent, WeBank dan BigPay juga akan dihadirkan.
“Kami merancang acara ini sebagai ajang pembuktian oleh para narasumber tentang tantangan dan peluang yang mereka hadapi di masing-masing negara mereka. Hal itu tentu saja termasuk soal dampak perubahan teknologi dan model bisnis, perilaku konsumen dan perubahan raihan laba. Itu nanti yang akan mencerminkan 10 tema pada acara ini,” pungkas Davies. [Red]