Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 3 Februari 2025 menandatangani perintah eksekutif untuk membentuk Sovereign Wealth Fund (SWF) pertama negara tersebut. Keputusan ini langsung memicu spekulasi mengenai kemungkinan investasi Bitcoin yang masuk dalam rencana tersebut.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menegaskan bahwa tujuan utama dibentuknya SWF ini adalah memanfaatkan aset negara untuk kepentingan rakyat Amerika Serikat.
“Kami akan membentuk Sovereign Wealth Fund dalam waktu 12 bulan dan monetisasi aset di neraca keuangan AS,” ujarnya.
Spekulasi semakin berkembang setelah Senator Cynthia Lummis, yang dikenal sebagai pendukung Bitcoin, berkomentar di X dengan menyebut perintah eksekutif ini sebagai “₿ig deal” menggunakan simbol Bitcoin.
Selain itu, Juan Leon, analis investasi senior di Bitwise, menilai bahwa ada peluang bagi pemerintah AS untuk memasukkan investasi Bitcoin ke dalam portofolio dana investasi pemerintah.
“Bisa saja mereka menggabungkan keduanya, tetapi strategi yang lebih baik mungkin adalah membiarkan SWF terus mengakumulasi Bitcoin sambil tetap mempertahankan cadangan strategis secara terpisah,” jelasnya.
Sovereign Wealth Fund dan Potensi Investasi Bitcoin
Sovereign Wealth Fund adalah dana investasi pemerintah yang mengelola pendapatan publik, biasanya berasal dari ekspor sumber daya alam seperti minyak, dan mengalokasikannya ke berbagai aset yang menguntungkan seperti crypto, saham, obligasi, dan real estate.
Beberapa negara dengan SWF terbesar di dunia telah memiliki eksposur terhadap BTC. Salah satu contohnya adalah Norwegia yang mengelola dana kekayaannya melalui Norges Bank Investment Management (NBIM), sebuah unit independen dalam bank sentral negara tersebut.
Meskipun NBIM mengutamakan diversifikasi sektor, eksposur tidak langsungnya terhadap Bitcoin meningkat signifikan. Menurut laporan yang diunggah di X pada 29 Januari 2025, Vetle Lunde, Kepala Penelitian dari K33, pada akhir 2024, NBIM terpapar secara tidak langsung lebih dari US$380 juta.
“Dana kekayaan negara Norwegia (NBIM) secara tidak langsung memiliki 3.821 BTC,” jelasnya di X.
Peningkatan ini mencerminkan kenaikan tahunan sebesar 2.314 BTC, atau sekitar 153 persen dibandingkan dengan akhir 2023, serta kenaikan 1.375 BTC sejak 30 Juni 2024.
Hal ini menandakan bagaimana Bitcoin perlahan menjadi bagian dari portofolio SWF Norwegia yang terdiversifikasi meskipun bukan merupakan prioritas utama dalam strategi investasi NBIM saat ini.
Eksposur ini kemungkinan berasal dari alokasi sektor tertentu, bukan prioritas langsung pada BTC, seperti pada saham Metaplanet, MicroStrategy, dan MARA. Ini menunjukkan bagaimana Bitcoin perlahan masuk ke portofolio dana investasi pemerintah tanpa disengaja.
Mungkinkah Indonesia Ikuti Jejak AS?
Jika Amerika Serikat memasukkan aset digital tersebut ke dalam Sovereign Wealth Fund (SWF) mereka, ini dapat memicu efek domino yang mendorong adopsi Bitcoin di negara lain, termasuk Indonesia.
Saat ini, Indonesia telah membentuk Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara yang akan mengelola dan mengoptimalkan aset serta investasi. Dilansir dari laporan Kumparan, seluruh aset BUMN akan dialihkan ke BPI Danantara untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.
Erick Thohir, Menteri BUMN, menyatakan bahwa revisi UU BUMN yang dibahas sejak 2023 mencakup beberapa poin penting, salah satunya adalah pendirian BPI Danantara, dana investasi pemerintah untuk pengelolaan dana yang lebih efektif.
“Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara secara resmi didirikan untuk konsolidasi pengelolaan BUMN, serta optimalisasi pengelolaan dividen dan investasi,” katanya, Selasa (04/02/2025).
Dengan modal awal sebesar Rp1.000 triliun, ada potensi bagi Sovereign Wealth Fund Indonesia untuk mempertimbangkan diversifikasi ke aset digital, termasuk Bitcoin.
Keputusan tersebut akan sangat bergantung pada regulasi, pandangan pemerintah terhadap Bitcoin sebagai aset strategis, serta potensi dampaknya terhadap stabilitas ekonomi nasional dan sistem keuangan secara keseluruhan. [dp]