Pelaku Pasar: Tren Naik Bitcoin Masih Berlangsung

Sejumlah pelaku pasar menyebutkan tren naik harga Bitcoin masih berlangsung, kendati aksi jual juga terjadi. Namun, aksi jual hanya dalam bilangan kecil dan mencerminkan sentimen pasar yang positif terhadap kenaikan harga Bitcoin berikutnya.

Berdasarkan data di Coinmarketcap, setelah sempat menyentuh level tinggi di US$5.641, kemarin, Rabu (24/04) siang, Bitcoin (BTC) diperdagangkan di kisaran US$5.457 siang hari ini. Aksi jual oleh trader itu memaksa BTC turun hingga 3 persen.

Tetapi dalam rentang waktu panjang, tren naik masih berlangsung. Selama 7 hari terakhir, BTC mampu menyetor laba hingga 3 persen, dari US$5293 menjadi US$5.457. Namun, jika dipatok dari titik tertingginya, yakni pada 24 April (US$5.641), laba yang diraup mencapai 6,5 persen.

Maka, bukanlah sebuah kebetulan harga menukik, karena trader sudah dalam posisi untung, apalagi dalam rentang akumulasi 3 bulan terakhir dari US$3.594 dengan perubahan naik hingga 56 persen.

Aksi jual masih kecil
Mengutip wawancara Blockchainmedia dengan Gabriel Rey CEO Triv.co.id beberapa waktu lalu, ia mengatakan aksi jual hingga beberapa bulan ke depan hanya dalam kisaran sangat kecil.

Tanpa menyebutkan besaran aksi jual itu, Rey berpendapat sentimen pasar masihlah bullish, berharap kenaikan harga BTC berikutnya.

“Saya yakin aksi akumulasi lebih besar akan datang dan mendorong Bitcoin naik ke US$6 ribu dalam waktu dekat ini. Saya melihat persepsi  trader dan investor masih positif terhadap Bitcoin,” kata Rey.

Senada dengan Rey, CEO Indodax Oscar Darmawan kemarin menyebutkan, menguatnya harga Bitcoin belakangan ini membuat orang lebih gencar dalam membeli aset kripto, salah satunya alasannya adalah untuk dijadikan sebagai aset tambahan. Mengapa? Karena nilai tukar yang tinggi membuat orang cukup tergiur sehingga menjadikan aset ini sebagai salah satu instrumen investasi alternatif.

Aset alternatif
“Kepada investor saya menyarankan melakukan strategi sederhana, yaitu beli di harga terendah lalu jual saat harganya sedang melambung seperti sekarang ini. Jika penerapannya benar, maka keuntungan yang diraup bisa menjadi tambahan simpanan, di luar penghasilan tetap lainnya. Maka dari itu sudah saatnya masyarakat mencoba untuk memiliki Bitcoin, sebab aset ini dapat dijadikan alternatif untuk kepemilikan aset yang jauh lebih aman,” jelas Oscar kepada Blockchainmedia.

US$74 Ribu per BTC
Mengutip kajian oleh analis di Seeking Alpha, pada akhir tahun ini Bitcoin bisa jadi baik lebih tinggi. Victor Dergunov, analis itu, menggunakan pendekatan pada pertumbuhan harga Bitcoin antara sejumlah siklus dari rendah ke puncak tertinggi. Ini memberikan gambaran kenaikan harga di masa depan.

“Kenaikan besar pertama Bitcoin adalah dari US$5 menjadi US$200 di masa lalu, dengan perubahan hingga 3.900 persen. Setelah level itu, tren menurun mengikuti dengan gelombang naik berikutnya dari US$50 menjadi US$1.200 dengan perubahan sekitar 2.300 persen. Gelombang ketiga, terbaru, dari US$200 menjadi US$20.000 dengan perubahan lebih besar lagi, yakni US$9.800 persen,” kata Dergunov.

Katanya, jikalau menggunakan perubahan terendah yaitu 2.300 persen dan level terbawah Bitcoin di US$3.200 pada situasi pasar terkini, maka ada gambaran yang cukup bahwa Bitcoin bisa mencapai US$74.000 pada gelombang naik berikutnya yang keempat.

“Namun, jikalau mengambil bilangan rata-rata kenaikannya di tiga gelombang itu, yakni sekitar 5.333 persen, maka puncak harga Bitcoin baru bisa mencapai US$170.000,” kata Dergunov.

Namun demikian, Dergunov memprakirakan kenaikan tinggi Bitcoin antara US$75.000 dan US$100 ribu dapat dicapai dalam beberapa tahun lagi.

“Faktor pendorong itu cukup sederhana. Dengan sekitar 18 juta manusia memiliki Bitcoin dan lebih dari 3,2 miliar menggunakan Internet, maka tingkat penetrasi terhadap Bitcoin hanya 0,56 persen. Sisanya, 99,44 persen belum “terpapar” Bitcoin akan terjadi sebaliknya di masa depan. Saya menganalogikan ini seperti komputer server dan segala jenis varian layanannya yang didopsi cepat oleh masyarakat awam seiring dengan adanya monopoli bisnis Internet oleh Amazon, Google dan Facebook,” katanya.

Sejumlah pendorong
Dilansir dari Cointelegraph beberapa hari yang lalu, ketika Bitcoin hendak masuk ke level US$5 ribu ini, analis Bitcoin, Tone Vays menegaskan bahwa kenaikan Bitcoin tidak dilatarbelakangi oleh faktor yang spesifik. Kata Vays, kenaikan itu kemungkinan besar adalah aksi spekulatif dari pemain besar.

“Ini tak ada beda dengan spekulasi terhadap jenis aset lainnya,” kata Vays yang pernah memperkirakan Bitcoin menyentuh US$5 ribu ketika aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar itu masuk ke level US$4.200 pada 2 April lalu.

Sejumlah sumber Cointelegraph yang lain berpendapat, naiknya Bitcoin karena ada peralihan mata uang poundsterling dalam jumlah besar ke Bitcoin. Ini didorong oleh sentimen seputar dinamika akan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (brexit). Rencana brexit diperkirakan dilaksanakan pada medio April lalu.

Hal lainnya, jelas Cointelegraph, ditemukan sejumlah wallet Bitcoin yang isinya bertambah dalam dua minggu sebelum naiknya harga Bitcoin ke US$5 ribu. Sebelumnya, tata-rata wallet itu tidak aktif dalam 1 atau 6 minggu. Kenaikan totalnya mencapai 10 persen sejak 15 Maret  2019.

Ada pula penjelasan yang agak mencengangkan yang diberitakan oleh Bloomberg pada 3 April lalu, yaitu ada dugaan penggunaan trading bot yang secara otomatis dan cepat melakukan pembeli Bitcoin dalam jumlah besar hingga 20.000 BTC di sejumlah bursa kripto, seperti di Coinbase, Kraken dan Bitstamp.

Kesimpulan hingga detik ini, tidak ada penjelasan yang hakiki soal kenaikan cepat ini. Yang pasti sentimen positif memang mutlak nyata dan tak terbantahkan. Kita bisa saja memadukan itu dengan variabel lain seperti perkembangan investasi perusahaan besar di teknologi blockchain, kemudian ada produk investasi baru yakni reksadana di sektor blockchain dan layanan kustodial dan perdagangan Bitcoin bagi institusi besar, sebagaimana yang diluncurkan oleh Fidelity Investment belum ini. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait