Peneliti: Dunia Tak Butuh Kripto Bank Sentral

Bulan lalu di acara Singapore Fintech Festival, Direktur International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde menghimbau penerbitan mata uang digital bank sentral (CBDC). Ia menjelaskan beberapa manfaat yang dimiliki CBDC, seperti inklusi finansial, keamanan dan privasi.

Lagarde juga mengungkit bahwa kripto seperti Bitcoin dan lainnya bersaing untuk menjadi mata uang baru di sebuah dunia non-tunai. Gelegar Bitcoin di tahun 2017 dan pertumbuhan pengguna serta pengembangannya sepanjang 2018 memperlihatkan kripto ini akan hidup untuk waktu yang lama.

Teknologi blockchain Bitcoin yang revolusioner serta penggunaannya sebagai mata uang telah menarik minat Kevin Warsh, mantan Gubernur US Federal Reserve (Fed) dan seorang kandidat Ketua Fed. Pada Mei 2018 silam, Warsh berkomentar kepada New York Times jika ia menjadi ketua, ia akan menjajaki sebuah kripto nasional berbasis blockchain yang dinamakan “Fedcoin.”

Namun, beberapa pihak lain di Federal Reserve memiliki pendapat yang berbeda soal kripto. Invest in Blockchain melansir, peneliti Fed tidak yakin tentang kripto, terutama ide kripto nasional.

Peneliti Fed Aleksander Berentsen dan Fabian Schar menulis, bahwa bank sentral bisa dengan mudah membuat dan menerbitkan kripto mereka sendiri. Tetapi mereka juga menyatakan, “Di sisi lain, sifat-sifat kripto merupakan tanda bahaya bagi bank sentral. Yaitu, tidak akan ada bank sentral yang punya insentif untuk menerbitkan uang virtual anonim. Risiko reputasinya terlalu tinggi.”

Berentsen dan Schar mengatakan, membuat regulasi KYC dan anti pencucian uang yang ketat penting demi mencegah kartel narkoba, teroris dan pihak kriminal lainnya memanfaatkan sifat kripto yang bebas mengalir.

Lebih dari itu, mereka merasa bank sentral akan jadi “munafik” ketika meminta bank ritel dan komersial menerapkan dan mengawasi regulasi tersebut, tetapi bank sentral sendiri tidak melakukannya.

Kedua peneliti tersebut menjelaskan, sentralisasi akan dibutuhkan di sebuah kripto bank sentral sehingga tidak bisa lagi disebut kripto, melainkan uang elektronik biasa. Berentsen dan Schar berkata menyebut CBDC sebagai kripto adalah sebuah kekeliruan.

“Jika kita menghilangkan sifat desentralistik sebuah kripto, tidak banyak yang tersisa. Uang virtual yang sentralistik dan diterbitkan secara sepihak oleh bank sentral disebut uang elektronik bank sentral. Uang jenis ini sudah bisa diterbitkan sejak dulu. Teknologi untuk menerbitkan uang virtual secara sentral sudah ada jauh sebelum penciptaan blockchain,” jelas Berentsen dan Schar.

Karena itu, pejabat Fed tidak melihat pentingnya menerbitkan kripto nasional atau uang elektronik dalam bentuk lain. Jika mereka mau, The Fed sudah bisa melakukannya jauh sebelum Satoshi menciptakan Bitcoin dan lahirnya kripto-kripto lain.

Adalah aspek desentralistik kripto yang membuatnya sangat unik dan digemari. Sebagai contoh, Bitcoin bersifat desentralistik sehingga tidak butuh pengaturan dari badan atau lembaga tunggal, memiliki algoritma ekonominya sendiri, transparan dan netral, aman dan terpercaya dan memiliki tingkat privasi yang memadai.

Dunia tidak butuh kripto bank sentral karena sudah ada Bitcoin dan beragam kripto lainnya yang terus-menerus dikembangkan dan diperbaiki oleh komunitas kripto. Kripto terbitan publik menyediakan keunggulan yang tidak bisa diberikan bank sentral dan pemerintah, dan tampaknya Federal Reserve menyadari hal tersebut. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait