Komisi Kejahatan Ekonomi dan Keuangan (EFCC) di Nigeria telah menangkap 792 orang yang diduga terlibat dalam skema penipuan kripto dan romansa pada 16 Desember 2024.
Para tersangka, yang terdiri dari 148 warga negara Tiongkok, 40 warga Filipina, serta individu dari negara lain, diamankan pada 10 Desember 2024 dalam penggerebekan di Gedung Big Leaf di Victoria Island, Lagos.
Ketua EFCC, Ola Olukoyede, melalui Direktur Hubungan Masyarakat EFCC, Wilson Uwujaren, menjelaskan bahwa fasilitas tujuh lantai tersebut digunakan untuk melatih kaki tangan lokal dalam aktivitas penipuan.
“Seluruh lantai dipenuhi dengan komputer canggih. Di lantai lima saja, penyidik menemukan 500 kartu SIM dari operator lokal yang dibeli untuk tujuan kriminal,” kata Uwujaren saat memberikan keterangan pers sebelumnya, Senin (16/12/2024).
Dalam penggerebekan itu, petugas menemukan kartu SIM dan peralatan komputer canggih yang digunakan untuk menargetkan korban penipuan di wilayah Amerika Utara, Eropa, dan kawasan lainnya.
Selain itu, berbagai barang bukti seperti komputer, ponsel, dan kendaraan juga turut disita. EFCC menegaskan bahwa seluruh tersangka crypto scam akan diproses hukum setelah penyelidikan selesai dilakukan.
Profil Palsu dan Penipuan Romansa
Para pelaku penipuan kripto tersebut dikabarkan melatih rekan-rekan mereka di Nigeria untuk membuat profil palsu dan menjebak korban melalui aplikasi populer seperti WhatsApp, Instagram, dan Telegram.
“Mereka merekrut anak muda yang mahir menggunakan komputer, khususnya mengetik cepat. Jika lulus, mereka diberikan perangkat komputer dan ponsel serta dilatih selama dua minggu,” ujarnya.
Skema ini melibatkan pengalihan target ke platform investasi palsu, www.yooto.com, dengan biaya aktivasi awal sekitar US$35. Para peserta crypto scam tersebut dilatih berdasarkan kemampuan mereka dalam menggunakan komputer dan mengetik cepat.
Setelah dua minggu masa pelatihan, mereka diarahkan untuk berpura-pura menjadi individu asing guna mendekati korban.
“Begitu korban menunjukkan ketertarikan, warga asing akan mengambil alih tugas penipuan dan memutus akses kaki tangan lokal dari jaringan,” tambahnya.
Hal ini bertujuan untuk memutus jejak keterlibatan kaki tangan lokal dan menyembunyikan transaksi. Pembayaran untuk para pelaku lokal biasanya diberikan secara tunai atau melalui rekening pribadi, menghindari penggunaan sistem korporasi.
Lansia Menjadi Target Utama Penipuan Kripto
Kasus ini kembali mengingatkan bahwa penipuan kripto dengan modus romansa masih marak terjadi, terutama menargetkan lansia.
Waspada! Kasus Penipuan Kripto Merajalela, Lansia Paling Terdampak
Menurut laporan sebelumnya dari Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) menunjukkan bahwa lansia menjadi kelompok yang paling rentan terhadap crypto scam.
“Peluang investasi kripto palsu yang menargetkan orang melalui iklan, postingan, dan pesan di platform media sosial,” ungkapnya.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa korban berusia di atas 60 tahun mengalami peningkatan kerugian yang cukup besar akibat crypto scam ini.
Data dari FBI juga menunjukkan tingginya angka laporan penipuan kripto yang melibatkan lansia. Sekitar 16.000 pengaduan diterima dari korban berusia di atas 60 tahun, dengan total kerugian diperkirakan mencapai US$1,6 miliar.
Para pelaku sering kali menggunakan modus operandi yang memanfaatkan kepercayaan korban untuk mengarahkan mereka agar mengirimkan uang melalui ATM Bitcoin atau platform aset digital lainnya.
Strategi Licik Penipu Kripto
Modus penipuan kripto ini melibatkan manipulasi psikologis yang memanfaatkan hubungan romantis.
Penipuan romansa menempati peringkat ketiga dalam daftar skema crypto scam yang dilaporkan oleh FTC, di mana banyak korban melaporkan bahwa pasangan romantis mereka meyakinkan mereka untuk berinvestasi dalam peluang kripto palsu.
Lansia, yang lebih rentan terhadap manipulasi semacam ini, sering kali menjadi target empuk bagi para scammer.
Para korban diarahkan untuk mengirimkan dana mereka dengan dalih investasi aman atau bantuan keuangan. Penipu memanfaatkan kepercayaan yang berhasil mereka bangun secara perlahan untuk memikat korban agar menyerahkan uangnya.
Tindakan tegas yang dilakukan oleh EFCC di Nigeria menunjukkan pentingnya upaya global dalam memberantas penipuan kripto berkedok romansa.
Dengan semakin canggihnya modus operandi yang memanfaatkan teknologi dan kelemahan psikologis korban, kesadaran publik dan pengawasan menjadi kunci utama dalam mencegah jatuhnya lebih banyak korban. [dp]