Penyebab Bitcoin Tak Kuasa Terobos Zona US$66 Ribu, Faktor Trump Bisa Dorong ke US$90 Ribu

Bitcoin masih sulit menembus level US$66.000. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini, termasuk penguatan dolar AS dan ketidakpastian ekonomi global. Kebijakan moneter dan Pemilihan Presiden AS juga menambah tekanan pada harga Bitcoin. Namun analis meramalkan BTC bisa saja menembus US$90 ribu, jika Donald Trump menang.

Bitcoin, aset kripto terbesar di dunia, telah menunjukkan fluktuasi harga yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Meskipun sempat naik 5,2 persen antara 3 hingga 7 Oktober, Bitcoin masih gagal menembus zona US$66.000 sejak akhir Juli. Salah satu penyebab Bitcoin tak mampu melewati level tersebut adalah penguatan dolar Amerika Serikat, yang membuat aset berisiko seperti Bitcoin menjadi kurang menarik bagi investor.

Terpantau pada Jumat (11/10/2024) siang, BTC berada di kisaran US$60.700 usai melemah ke US$59.855 pada Kamis malam.

harga bitcoin sempat melemah ke US$59.855 pada Kamis malam.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur dalam keterangan tertulisnya kemarin, menjelaskan bahwa penguatan dolar AS telah menjadi faktor kunci yang menghambat Bitcoin.

“Dolar AS telah menunjukkan tren penguatan sejak akhir September, dengan Indeks Dolar AS (DXY) naik dari 100,4 menjadi 102,5 pada awal Oktober. Hal ini menandakan bahwa investor lebih memilih memegang dolar ketimbang Bitcoin di tengah ketidakpastian ekonomi global,” ujarnya.

Penguatan dolar Amerika Serikat tidak hanya menjadi satu-satunya faktor penyebab Bitcoin sulit bergerak naik. Kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, termasuk konflik di Timur Tengah dan Pemilihan Presiden Amerika Serikat mendatang, turut memberikan tekanan terhadap pasar kripto. Data ekonomi yang kuat dari Amerika Serikat untuk bulan September, yang dirilis pada 4 Oktober, juga memperkuat spekulasi bahwa Federal Reserve tidak akan segera memangkas suku bunga lagi pada FOMC berikutnya.

“Kondisi ekonomi AS yang tetap kuat meredakan risiko resesi, namun ini justru mengurangi peluang pemotongan suku bunga oleh The Fed,” jelas Fyqieh.

Ia juga menambahkan bahwa suku bunga yang tinggi saat ini membuat investor lebih berhati-hati terhadap Bitcoin.

“Ketika suku bunga tinggi, investor cenderung mencari instrumen yang lebih stabil seperti obligasi, dibandingkan mengambil risiko dengan aset kripto seperti Bitcoin,” tuturnya.

Selain itu, kebijakan stimulus ekonomi yang diumumkan oleh pemerintah Tiongkok turut memengaruhi sentimen terhadap Bitcoin. Menurut Fyqieh, stimulus tersebut telah mengurangi kebutuhan akan Bitcoin sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Dengan demikian, Bitcoin kehilangan sebagian daya tariknya sebagai aset yang aman dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Sementara itu, risalah pertemuan The Fed yang dirilis pada 10 Oktober semakin memperburuk ketidakpastian di pasar. Awalnya, pelaku pasar berharap bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada November. Namun, setelah risalah tersebut dirilis, banyak investor yang mulai ragu.

“Kebijakan moneter yang belum pasti membuat pasar semakin cemas, dan hal ini berdampak negatif pada harga Bitcoin,” tambah Fyqieh.

Harga Bitcoin Diprediksi Jadi US$90 Ribu

Faktor lain yang turut memengaruhi sentimen pasar kripto adalah Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang semakin dekat. Fyqieh memprediksi bahwa periode menjelang pemilu biasanya diwarnai dengan volatilitas tinggi. Banyak investor cenderung menahan modal mereka, menunggu hasil pemilu yang bisa mengubah dinamika pasar. Namun, jika Donald Trump menang dalam pemilihan ini, Fyqieh memprediksi bahwa harga Bitcoin bisa melonjak hingga US$90.000.

Donald Trump: Dukung Kripto Demi Kepentingan Pribadi?

“Peluang kemenangan Trump bisa menjadi katalis positif untuk Bitcoin, namun reaksi pasar secara keseluruhan tetap menjadi faktor penentu,” jelasnya.

Meskipun berbagai faktor eksternal menyebabkan mata uang digital ini sulit menembus level US$66.000 saat ini, perkembangan kebijakan moneter The Fed, hasil Pemilihan Presiden AS, serta kondisi ekonomi global akan terus memengaruhi arah pergerakan pasar kripto di masa depan.

Tokocrypto Siap Uji Produk Derivatif Kripto, Termasuk BTC dan ETH

Di kesempatan terpisah CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, menyatakan bahwa Tokocrypto sedang mengkaji peluncuran produk derivatif kripto di platform mereka dan siap mengujicobanya.

“Kami saat ini tengah mempertimbangkan untuk menghadirkan produk derivatif di platform kami. Fokus utama kami dalam proses ini adalah mematuhi regulasi Bappebti serta memastikan semua produk yang kami tawarkan sesuai dengan standar hukum dan keamanan,” kata Iqbal.

Iqbal juga menambahkan bahwa analisis potensi pasar menjadi elemen penting dalam pengembangan produk tersebut. Produk derivatif menawarkan kesempatan bagi investor untuk meraih keuntungan dari fluktuasi harga aset kripto, namun risiko yang dihadapi juga cukup besar mengingat volatilitas harga kripto yang tinggi.

“Kami harus memastikan bahwa kami dapat memberikan edukasi dan sumber daya yang memadai agar pengguna memahami cara kerja produk ini dan risiko yang menyertainya. Kami ingin semua fitur dan produk di Tokocrypto memberikan nilai tambah serta pengalaman yang aman bagi pengguna,” tambah Iqbal.

Pada tahap awal, Iqbal mengutip pernyataan Bappebti, bahwa produk derivatif bernilai kripto akan difokuskan pada aset kripto utama seperti Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), namun ke depannya akan dievaluasi kemungkinan untuk memperdagangkan kripto lain jika permintaan terus meningkat.

Produk derivatif kripto adalah instrumen keuangan yang nilainya diselaraskan pada aset kripto seperti Bitcoin atau Ethereum di pasar spot. Derivatif kripto memungkinkan investor untuk memperdagangkan kontrak yang merepresentasikan harga aset tersebut tanpa perlu memiliki aset kriptonya secara langsung. Dengan kata lain, BTC dan ETH adalah underlying asset dari produk derivatif itu.

Dalam pasar kripto, produk derivatif yang umum meliputi kontrak berjangka (futures), opsi (options), dan Contract for Difference (CFD). Kontrak berjangka adalah perjanjian untuk membeli atau menjual aset kripto pada harga tertentu di masa mendatang. Opsi memberikan hak, tetapi tidak kewajiban, untuk membeli atau menjual aset kripto pada harga tertentu sebelum kontrak berakhir. Sementara itu, CFD memungkinkan trader untuk berspekulasi tentang pergerakan harga aset kripto tanpa memiliki aset tersebut.

Derivatif kripto digunakan oleh investor untuk berbagai tujuan, termasuk melakukan lindung nilai (hedging) terhadap risiko pasar atau untuk berspekulasi tentang pergerakan harga aset kripto dengan harapan mendapatkan keuntungan. Namun, produk ini juga membawa risiko yang cukup besar karena volatilitas pasar kripto yang tinggi, yang berarti potensi keuntungan yang besar juga disertai dengan potensi kerugian yang signifikan.

Di Indonesia rencana perdagangan produk kripto berjangka (derivatif) akan difasilitasi oleh CFX, di mana anggota di dalamnya adalah sejumlah crypto exchange untuk pasar spot yang beroperasi di Indonesia, termasuk Tokocrypto. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait