Perusahaan Tiongkok Tetap Dukung Blockchain, Kendati COVID-19 Masih Mencekam

Sekitar 70 persen perusahaan di Tiongkok masih tetap mendukung teknologi blockchain, kendati COVID-10 masih mencekam dan mengancam ekonomi. Data itu berdasarkan hasil survei terbaru oleh media Xinhua milik pemerintah pusat Tiongkok.

Krisis akibat COVID-19 membuat banyak perusahaan memikirkan ulang strategi agar bertahan di masa depan.

Saat sebagian besar perusahaan mempertahankan layanan pelanggan dengan fokus pada tujuan serta biaya seputar tenaga kerja dan investasi, perusahaan-perusahaan Tiongkok mempertahankan dukungan mereka terhadap teknologi blockchain di tengah masa-masa sulit ini.

Pada Oktober tahun lalu, Presiden Xi Jinping menjadi salah satu yang pertama mengusung penggunaan teknologi blockchain dan mendesak sektor swasta untuk menggarap setiap peluang dan memaksimalkannya. Tidak lama setelah itu, lebih dari 500 perusahaan Tiongkok mendaftarkan diri sebagai “perusahaan blockchain”.

Turut serta dalam tren, perusahaan raksasa teknologi Tencent memimpin inisiatif blockchain dengan cara menggelontorkan dana US$70 miliar demi mendukung riset dan pengembangan teknologi baru, termasuk blockchain. Usaha ini adalah bagian dari strategi infrastruktur demi mengatasi dampak COVID-19.

Menurut survei yang melibatkan 350 perusahaan sebagai responden, 70 persen masih meyakini potensial blockchain dan berpendapat teknologi itu akan berperan penting menopang ekonomi kembali pulih. Sekitar 20 persen responden bahkan mengajukan investasi tambahan ke blockchain demi mengurangi dampak COVID-19.

Dengan fitur desentralisasi dan transparansi serta imutabilitas, blockchain menjadi sumber data yang dapat diandalkan ketika beragam pemangku kepentingan terlibat. Hal ini tidak ada di pangkalan data yang bersifat sentralistik yang relatif rentan pada peretasan dan trust. [cryptopolitan.com/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait