Portamento Bekraf, Blockchain Demi Kesejahteraan Musisi Indonesia

Permasalahan terbesar di industri musik Indonesia adalah perlindungan hak cipta. Business Software Alliance Indonesia (BSA) menempatkan Indonesia di peringkat ke-11 sebagai negara dengan tingkat pembajakan tertinggi, yakni hingga 87 persen, berdasarkan data 2011. Selain itu, proses pengumpulan royalti dari radio, stasiun televisi, hotel serta restoran dan kafe di Indonesia masih belum transparan dan perlu waktu lama. Akibatnya, pencipta seni tidak mendapatkan manfaat yang layak sesuai haknya.

Seharusnya, musisi sebagai pencipta senilah yang mendapatkan porsi terbesar manfaat ekonomi. Hal ini diungkit oleh Ari Juliano Gema, Deputi Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), di sesi diskusi “Portamento dan Hak Cipta Musik Digital di Blockchain,” yang digelar di ajang Bekraf Blockchain Forum, di Balai Kartini Convention Center, Selasa (30/10).

Ari menjelaskan, dibutuhkan sebuah sistem manajemen forensik digital agar dapat mendata transaksi musik yang terjadi secara jelas di Indonesia. Sistem tersebut haruslah dapat melacak siapa yang menerbitkan aset digital apa, dan siapa yang menggunakan aset tersebut sampai kapan digunakan, dan semua data itu dapat diakses secara realtime.

Adalah Portamento, proyek berbasis blockchain besutan Bekraf yang dirancang agar memenuhi semua fungsi sistem di atas. Mengutip dari KataData (30/5), Kepala BEKRAF Triawan Munaf, dalam acara XBlockchain Summit pada bulan Mei lalu, berkata proyek ini diciptakan untuk melindungi hak para seniman. Kendati demikian, proyek ini belum mendapat izin resmi dari otoritas yang terkait.

Menurut Ari, Portamento diharapkan dapat mengurangi jumlah pembajakan. Lebih penting, ia menjelaskan, musisi Indonesia belum melihat karya yang mereka ciptakan sebagai sebuah aset digital. Ari memberi ilustrasi di mana ketika seorang musisi mengajukan pinjaman ke bank, maka ia tidak bisa menggunakan karya musiknya sebagai jaminan pinjaman tersebut.

Di masa depan, setelah proyek Portamento berjalan, bukan tidak mungkin karya musik sebagai aset digital diterima oleh pihak bank sebagai jaminan, sebab sudah jelas revenue stream (arus penghasilan) musik tersebut, yang direkam di blockchain. Bank dapat melihat royalti yang diterima secara rutin oleh musisi, seakan-akan musisi tersebut mendapat gaji bulanan seperti layaknya karyawan perusahaan. Dengan ini, semua pemangku kepentingan dapat mengevaluasi musik sebagai aset digital secara stabil dan jelas.

Irfan Aulia Irsal, Wakil Ketua Asosiasi Penerbit Musik Indonesia, mengamini pernyataan Ari. Irfan menekankan, selain pembajakan, masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah belum adanya copyright data center (pusat data hak cipta). Selain itu, metadata karya lagu musisi Indonesia masih belum rapi.

Sebab tiada pengelola data hak cipta, Irfan menyebut ada royalti miliaran dolar AS yang “nyangkut” di YouTube dan belum dibayarkan kepada musisi yang berhak menerimanya. Ia menjelaskan metadata ini harus dirapikan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke sistem blockchain. Tanpa proses itu, maka akan terjadi chaos atau kekacauan data. Manfaat lainnya dari merapikan data adalah memastikan data karya musik antarnegara sama, sehingga di manapun karya musisi Indonesia dimainkan, mereka menerima royalti yang sesuai.

Hemat Dwi Nuryanto, pendiri Svara, sebuah perusahaan aplikasi musik, radio, podcast dan media sosial siap mendukung penggunaan blockchain di industri musik Indonesia. Melalui Svara, Hemat berharap pihaknya dapat mentransformasi dan mendongkrak radio digital di Indonesia. Hal itu menurutnya penting, sebab saat ini volume streaming lebih besar dibanding pendapatan yang dihasilkan. Porsi cuan paling besar diraih bukan oleh musisi, tetapi oleh middlemen alias pihak pengelola.

Blockchain dapat menjamin kebenaran konsumsi musik secara transparan, sehingga musisi mendapat porsi pendapatan yang sesuai dengan haknya. Diharapkan melalui Portamento, beserta dukungan pelaku industri musik Indonesia, musisi Indonesia bisa lebih sadar terhadap haknya sehingga menjadi lebih sejahtera dan mendorong ekonomi kreatif di Indonesia, sesuai dengan visi Bekraf. [ed]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait