Ramai-ramai Usung Stablecoin, Apa Sebab?

Proyek kripto Carbon akan meluncurkan stablecoin bernama CarbonUSD seperti dilansir dari cryptocurrencynews.com, Rabu (12/09). Keterangan pada website Carbon menyatakan bahwa CarbonUSD adalah kripto berharga stabil untuk menciptakan ekonomi global yang efisien dan inklusif.

CarbonUSD akan berbasis blockchain Ethereum dan dipatok dengan harga dolar AS satu banding satu. Stablecoin terbaru ini hadir menyusul peluncuran dua stablecoin lainnya, yakni dolar Gemini (GUSD) besutan saudara kembar Winklevoss dan Paxos Standard yang diterbitkan oleh Paxos Trust Company. Dolar Gemini dan Paxos Standard sama-sama dibangun di atas jaringan Ethereum dan berdasarkan aturan dari Departemen Layanan Keuangan Negara Bagian New York, Amerika Serikat.

Stablecoin semakin popular di pasar kripto selama beberapa bulan terakhir. Jenis kripto yang satu ini dibuat untuk menciptakan kestabilan bagi pasar yang sangat volatil dengan cara mematok harganya dengan harga uang dolar AS. Tetapi penggunaan stablecoin, beserta klaim aset yang mendukungnya, masih menjadi perdebatan dan sumber kontroversi.

Stablecoin paling banyak digunakan saat ini adalah Tether (USDT). Tetapi, banyak keraguan yang mengelilingi keabsahan klaim bahwa Tether didukung aset dolar AS satu banding satu.

Stablecoin adalah uang kripto yang didukung oleh aset nyata (real asset). Dalam konteks CarbonUSD, aset nyata tersebut adalah dolar AS. Harga setiap satu CarbonUSD, setara satu dolar AS. Dolar Gemini dan Paxos Standard juga menggunakan dukungan aset dolar AS dengan perbandingan yang sama.

Sisi positif stablecoin yang didukung aset adalah ia tetap mempertahankan nilai yang stabil sesuai nilai aset pendukungnya, terlepas dari volatilitas pergerakan harga pasar. Siapapun yang kenal dengan pasar kripto pasti kenal baik dengan masalah volatilitas, dimana secara umum, nilainya tidak didukung aset apapun melainkan spekulasi dan desas-desus semata.

Oleh karena itu, para trader bisa membeli dan menjual stablecoin dengan tenang karena mendapat kepastian harganya akan tetap sama. Koin “berharga stabil” ini tersedia bagi institusi keuangan, hedge fund, trader, dan bursa. Selain itu, perusahaan Carbon masih berusaha mendapatkan listing di lebih banyak bursa untuk CarbonUSD. Investor yang ingin membeli CarbonUSD harus mendeposit uang fiat ke Prime Trust, perusahaan blockchain yang memastikan sisi hukum proyek Carbon ini dipenuhi.

Tim Carbon memrediksi CarbonUSD akan mencapai kapitalisasi pasar senilai US$1 milyar. Jika benar, maka Carbon akan beralih ke “model algoritma campuran”.

“Kami sudah mengembangkan model skala algoritma, kami juga melakukan simulasi untuk menguji ketahanan model kami. Dari sisi algoritma, kami akan memasukkan struktur metatoken kami ke whitelist setelah CarbonUSD mencapai skala dan likuiditas yang memadai,” kata Miles Albert, co-founder Carbon.

Albert menambahkan, kepercayaan di sektor kripto sulit dibangun, tetapi dengan maraknya stablecoin yang diluncurkan, proyek kripto Carbon tetap teguh dan menekankan bahwa, CarbonUSD akan terus menjalani pengesahan oleh pihak ketiga untuk memverifikasi setiap token yang didukung satu dolar AS ini.

Christopher Tahir dari Komunitas CryptoWatch berpandangan, berpatok ke dolar AS atau tidak, stablecoin itu bersifat centralized.

“Jadi, apa bedanya dengan menggunakan fiat secara langsung kalau masih centralized? Saya pikir beberapa proyek stablecoin itu hanya ikut-ikutan proyek blockchain saja. Tidak lebih. Lagipula, ketersediaan dolar AS-nya juga tidak dapat diverifikasi. Ini terjadi pada kasus USDT,” jelas Tahir kepada Blockchainmedia.id hari ini melalui Telegram.

Tahir membandingkannya dengan DAI, sebuah proyek yang dijalankan oleh MakerDAO, salah satu kelompok developer pendukung Ethereum Protocol teraktif saat ini. DAI dibuat secara decentralized dan menerapkan sistem pinjaman (credit) berbasis Ethereum. Nilai pinjamannya dipatok dengan harga dolar AS 1:1.

“Tak hanya itu, DAI menggunakan algoritma khusus untuk menyeimbangkan supply dan demand ETH terhadap USD. Kemudian, setiap terjadi penurunan harga, sang pemilik DAI harus tetap menjaga agar batas pinjaman (plafon) tidak terlewati. Jika terjadi sebaliknya, maka akan dikenakan bunga dan penalti. Model pinjaman yang mereka gunakan adalah Collateral Debt Position (CDP), yang mengunci posisi harga ETH dan merilis DAI maksimal 60% dari harga ETH. Jikalau harga ETH turun, maka plafon naik, sebab persentase CDP menurun,” tegasnya.

IBM dan Stablecoin-nya
Motif utama kripto yang mengacu pada harga uang fiat tak lain tak bukan untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna yang ingin kestabilan harga, tidak selalu mengekor volatilitas pasar kripto yang sangat tinggi.

Pada 17 Juli 2018 lalu IBM yang bekerjasama dengan Stronghold agaknya “mengikuti” jejak USDT itu, tetapi dengan wajah yang berbeda. Kendati masih dalam tahap uji coba, IBM menggunakan jaringan blockhain Stellar (XLM) untuk membuat stablecoin bernama USD Anchor.

Stronghold diwajibkan menggandeng Prime Trust sebuah perusahaan bermarkas di Nevada, AS yang berperan mendepositkan sejumlah uang dolar dalam bentuk tunai. Untuk urusan asuransi diserahkan kepada Federal Deposit Insurance Corp. Agar semakin dipercaya secara nasional, USD Anchor kelak akan disokong juga oleh Signature Bank, yang bermarkas di New York. Tak hanya itu, kelak FDIC akan ikut ambil bagian dari program ini, agar masyarakat awam merasa lebih nyaman menggunakannya.

Didirikan pada tahun 1933, FDIC atau Federal Deposit Insurance Corporation adalah badan usaha milik pemerintah AS yang bertugas melindungi bank jikalau bank mengalami gagal bayar utang. Jadi peran FDIC secara prinsip adalah sebagai penjamin dan pengatur. Perannya serupa dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Indonesia.

IBM merasa perlu mendukung penuh USD Anchor untuk menjawab kebutuhan sejumlah klien IBM dalam transaksi layanan yang disediakan, karena IBM memiliki klien yang tidak sedikit dari kalangan lembaga keuangan dari beberapa negara.

Masih diyakini sebagai uang acuan banyak negara, dolar AS pun menjadi sasaran para pembesut teknologi blockchain untuk memburu cuan.  Namun demikian, purchasing power dolar AS sebenarnya menurun dalam 100 tahun terakhir. Pada peralihan ke abad ke-20, uang dolar yang beredar sebanyak US$7 miliar. Hingga hari ini, jumlahnya berlipat hingga 1.900 kali! [ed/vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait