Ratusan ribu pelanggan FTX harus menerima kenyataan pahit, di mana klaim mereka terhadap aset kripto yang dibekukan telah resmi dicoret. Semua ini terjadi karena satu hal sederhana yang sering dianggap sepele, mereka melewatkan tenggat waktu verifikasi identitas.
Total nilai klaim yang dianulir mencapai sekitar US$2,5 miliar, setara Rp41 triliun, dan mencakup 392.000 pengguna. Padahal, di tengah proses likuidasi bursa kripto yang bangkrut ini, itulah satu-satunya jalur untuk bisa mendapatkan kembali dana mereka.
Tenggat Verifikasi Telah Lewat, Peluang Klaim FTX Hilang
FTX telah memberi waktu hingga 3 Maret 2025 bagi para pengguna untuk menyelesaikan proses verifikasi identitas atau Know Your Customer (KYC). Namun ternyata, hampir 400.000 pelanggan tak berhasil menuntaskan proses tersebut.
Akibatnya, klaim mereka tidak lagi diakui dan dikeluarkan dari daftar pembayaran kompensasi. Ini bukan semata keputusan sepihak, langkah ini dijalankan berdasarkan prosedur yang telah disetujui oleh pengadilan.
Di sisi lain, bursa tersebut masih membuka sedikit celah. Bagi mereka yang sudah memulai proses verifikasi tapi belum selesai, ada waktu tambahan hingga 1 Juni 2025. Setelah itu? Sudah pasti tertutup. Ibarat menunggu kereta terakhir yang sudah lewat, tak akan ada ganti rugi lagi untuk mereka yang ketinggalan.
Kebutuhan Akan Kepatuhan
Masalah ini bukan hanya tentang tenggat waktu, tapi juga menyangkut reputasi buruk masa lalu FTX. John J. Ray III, tokoh yang kini bertanggung jawab atas proses likuidasi, menjelaskan bahwa keharusan KYC muncul karena FTX di masa lalu gagal menjalankan prosedur dasar.
“FTX perlu memverifikasi akun pelanggan karena perusahaan sebelumnya gagal melakukan uji tuntas dasar terhadap pelanggan dan sering gagal mengumpulkan informasi tentang sumber dana yang dikirim di bursa,” ujar John, dilansir dari Bloomberg Law.
Bayangkan saja, sebuah bursa dengan nilai transaksi triliunan rupiah, tapi tak tahu siapa sebenarnya penggunanya dan dari mana dana mereka berasal.
Ibarat membuka bisnis jasa, tapi tak pernah mencatat siapa pelanggannya. Situasi semacam ini jelas membuka celah besar bagi pencucian uang atau aktivitas ilegal lainnya.
Dana Siap Didistribusikan
Walaupun ribuan klaim telah dicoret, FTX tetap melanjutkan langkah-langkah persiapan untuk mendistribusikan dana kepada kreditur yang sah.
Dijadwalkan mulai 30 Mei 2025, perusahaan berencana mengembalikan dana secara penuh dalam bentuk tunai, bukan dalam aset kripto, dan mengacu pada nilai aset saat FTX dinyatakan bangkrut pada November 2022.
Hingga saat ini, tim likuidasi telah berhasil mengumpulkan sekitar US$11,4 miliar untuk dibagikan. Jumlah yang memang besar, namun tidak cukup untuk menutupi semua kerugian.
Apalagi, masih ada tumpukan klaim yang harus diverifikasi satu per satu. Bahkan sebagian besar dari klaim yang masuk disebut terindikasi palsu atau dilebih-lebihkan.
Bagi pengguna yang masih punya klaim aktif, kabar baiknya adalah mereka setidaknya masih memiliki peluang. Namun demikian, proses ini tidak akan mudah. Tim hukum bursa masih harus memilah ribuan dokumen dan data pengguna, memastikan bahwa dana benar-benar berasal dari aktivitas yang sah dan bisa dipertanggungjawabkan.
Proses seperti ini tentu tidak bisa selesai dalam semalam. Tapi dibandingkan mereka yang sudah resmi dicoret, para pengguna ini masih punya secercah harapan.
Pelajaran Mahal dari Sebuah Kelalaian
Kisah ini bukan hanya tentang angka-angka besar atau proses hukum berliku. Ini juga menjadi pengingat keras bagi siapa saja yang terjun ke dunia kripto. Dalam dunia keuangan tradisional, verifikasi identitas adalah prosedur wajib.
Namun banyak pengguna kripto masih menganggapnya sepele, bahkan seringkali mengabaikannya. Padahal, seperti yang terjadi di kasus FTX, satu langkah kecil yang terlewat bisa membuat dana ratusan juta bahkan miliaran rupiah raib begitu saja.
Kalau dipikir-pikir, siapa yang menyangka bahwa lupa mengunggah KTP atau tidak membuka email dari FTX bisa membuat klaim senilai jutaan dolar AS hangus dalam satu hari? Dalam dunia kripto, langkah kecil memang bisa berdampak sangat besar. [st]