Satoshi versus Vitalik

Dimaz Ankaa Wijaya
Peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia


Vitalik Buterin kerap dibanding-bandingkan dengan Satoshi Nakamoto, yang dipicu oleh kesuksesan Ethereum yang kini menguntit tepat di belakang Bitcoin di dalam daftar mata uang kripto paling bernilai di dunia. Tentu saja, ide tentang smart contract yang ditanam ke dalam mata uang kripto Ethereum membuat produk ini amat berjaya.

Tidak hanya di kalangan para trader saja, namun Ethereum menjadi fenomena teknologi informasi. Sebut saja JPMorgan yang berusaha mengimpor semua kapabilitas Ethereum ke dalam platform privat atau konsorsium dengan menciptakan kloning Ethereum yang dinamai Quorum. Dengan Quorum, korporasi tidak perlu memikirkan risiko tereksposnya data-data berharga mereka ke publik di saat memanfaatkan fitur-fitur yang sama persis ada di dalam Ethereum.

HyperLedger (HL), smart contract platform yang digawangi oleh Linux Foundation dan disokong oleh perusahaan teknologi raksasa dunia seperti IBM, berusaha memperluas kapabilitas Ethereum di dalam lingkungan privat dan konsorsium, serupa dengan Quorum. Bedanya, jika Quorum menyalin kode sumber milik Ethereum dengan penyesuaian seperlunya, produk HyperLedger seperti HyperLedger Fabric (HLF) memilik fitur-fitur ekstra, seperti manajemen pengguna dan otorisasi hak akses terhadap informasi yang disimpan ke dalam blockchain yang dijalankan oleh protokol HLF.

Tentu saja tidak ketinggalan, HLF memiliki fitur smart contract yang dinamai chaincode, di mana pengembang dapat membuat struktur aset (data) dan fungsi-fungsi untuk mengolah aset tersebut langsung di dalam platform blockchain HLF.

Pendek kata, Vitalik merevolusi dunia.

Dengan sumbangsih yang begitu besar, termasuk rekor ROI (return of investment) atas ICO Ethereum yang memberi keuntungan luar biasa besar kepada investor awal Ethereum, membuat nama Vitalik Buterin harum di seluruh dunia. Vitalik memang bukan satu-satunya pendiri Ethereum, namun sebagai wajah platform Ethereum, ia memang yang paling terkenal (dan barangkali paling sering muncul dalam berita).

Vitalik setara dengan Satoshi?

Ide tentang teknologi blockchain tentu saja tidak dimulai oleh Ethereum. Ide ini milik Satoshi. Bagaimana dengan ide tentang smart contract? Menurut sejarah, smart contract pertama kali dicetuskan puluhan tahun yang lalu, tidak oleh Vitalik tentu saja, melainkan oleh Nick Szabo. Ide ini bahkan disampaikannya pada tahun 1997, jauh sebelum lahirnya Bitcoin. Ia jugalah yang memberi nama smart contract pada ide yang ditulisnya ini.

Hanya saja, komponen yang dapat membuat smart contract berjalan dengan “adil: pada saat itu belum ada, sebab teknologi blockchain baru muncul di era tahun 2008 dan sistemnya sendiri baru mulai berjalan pada tahun 2009. Untuk hal ini, kita mesti berterima kasih kepada Satoshi Nakamoto atas kerja kerasnya menggodok ide blockchain dan kode sumber pertama Bitcoin.

Vitalik menerapkan gagasan yang sudah ada ke dalam teknologi yang sama sekali baru. Dengan kontribusi tidak langsung oleh Satoshi dan Nick, Vitalik mencapai puncak kejayaan di saat Ethereum mengglobal, sembari membawa teknologi blockchain ke tingkat yang lebih tinggi.

Dua karakter dominan dalam dunia blockchain, Vitalik dan Satoshi, pantas mendapat tempat istimewa dalam hati para penggunanya. Amat sulit membandingkan kedua figur ini: mana di antara kedua–atau ketiga, dengan Nick masuk di dalamnya–yang menjadi “bapak teknologi desentralisasi”. []

Terkini

Warta Korporat

Terkait