Susan Athey, profesor dari Universitas Stanford dan seorang mahasiswa bernama Conner Brown, terlibat adu debat soal Bitcoin dan Ripple dalam kuliah yang disampaikan Athey. Brown berargumen Athey menyampaikan fakta keliru soal Bitcoin, sebab Athey memegang jabatan di perusahaan Ripple. Brown mengirim surel kepada pihak berwenang universitas untuk mengkritik kuliah tersebut, tetapi pihak universitas belum membalas.
Telah banyak perdebatan mengenai Bitcoin dan Ripple. Beberapa investor bahkan menganggap token XRP lebih berharga dibanding Bitcoin. XRP menyasar untuk meningkatkan efisiensi industri bank, sementara Bitcoin, bila diadopsi masal, dapat meruntuhkan monopoli bank atas ekonomi rakyat.
Perdebatan teranyar mengenai Bitcoin vs XRP terjadi di Universitas Stanford. Dalam kuliah yang berjudul “Blockchain dan Masa Depan Keuangan,” Profesor Susan Athey dari Universitas Bisnis Stanford yang juga anggota Dewan Direksi Ripple, menyampaikan pandangannya soal revolusi finansial yang didorong oleh teknologi blockchain.
Diskusi tersebut menarik perhatian, sebab beberapa hal yang disampaikan Athey dibantah oleh seorang mahasiswa bernama Conner Brown. Brown melihat sejumlah argumen Athey mengenai Bitcoin tidak akurat, dan menduga hal itu muncul akibat kepentingan Athey di dalam perusahaan Ripple.
“Saya cemas teman-teman saya diberi informasi yang keliru soal Bitcoin dan juga sentimen yang anti-Bitcoin. Universitas bukanlah tempat untuk jualan, melainkan untuk mengkaji ide. Bila seorang profesor memiliki konflik kepentingan, mereka harus diperiksa secara teliti oleh rekan-rekan sejawat,” kata Brown kepada Bitcoin Magazine.
Brown mengirim surel kepada pihak berwenang di Stanford mengenai informasi keliru dalam kuliah tersebut. Dalam surel itu, Brown menyoroti sejumlah kekeliruan utama dalam argumen Athey.
Athey menyebut, Bitcoin telah menjadi terpusat, sebab dikendalikan oleh sekelompok penambang di Tiongkok. Brown meluruskan pernyataan tersebut dan menjelaskan Bitcoin tidak bisa dikendalikan secara langsung oleh penambang, sebab dilindungi oleh simpul-simpul (node) di seluruh dunia.
Brown juga membantah argumen Athey bahwa Bitcoin tidak terenkripsi dan tidak aman secara ekonomis. Athey bilang Bitcoin yang disimpan pengguna bergantung terhadap profit penambang, sementara XRP, yang tidak melibatkan penambangan, lebih menjamin keamanan uang pengguna.
“Bitcoin yang disimpan dalam dompet dilindungi oleh enkripsi SHA256 dan ECDSA. Selama Anda tidak memberitahu private key kepada siapapun, kunci ini hampir tidak bisa diretas,” jelas Brown menganggapi informasi keliru Athey.
Soal serangan 51 persen, Brown berkata kemungkinan ini sudah diketahui sejak lama. Serangan ini hanya melibatkan pihak yang ingin membelanjakan uangnya di dua tempat berbeda dan lebih dari sekali dengan cara menipu jaringan. Kendati berbahaya, serangan 51 persen tidak melibatkan dana pengguna Bitcoin dan perlu biaya yang tak kecil juga dengan peluang berhasil tidak besar.
Selain itu, Athey mengklaim sebuah bank Meksiko bernama Cuallix menggunakan teknologi xRapid besutan Ripple. Tetapi, Brown menghubungi bank tersebut untuk bertanya soal xRapid, dan pihak Cuallix menjawab tidak.
Banyak pihak yang membuat klaim soal Bitcoin dan Ripple. Yang dibutuhkan saat ini adalah diskusi terbuka dan jujur tentang fakta akurat, sehingga audiens awam bisa memahami lebih baik tentang teknologi blockchain dan menarik kesimpulan mereka sendiri. [investinblockchain.com/ed]