Smart Contract, dari Bitcoin ke Ethereum

Dimaz Ankaa Wijaya
Peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia



Smart contract
yang tersemat di dalam Ethereum menawarkan fleksibilitas pemrograman. Berbagai fitur pemrograman seperti algoritma kondisional, pencabangan, manajemen variabel, termasuk juga penyimpanan informasi ditawarkan oleh smart contract. Tidak hanya itu, Ethereum juga memberikan kemewahan kepada para pemrogram untuk menuliskan algoritma mereka di dalam bahasa tingkat tinggi (high level programming language) yang serupa dengan bahasa sehari-hari yang akan diubah ke dalam bahasa mesin atau bahasa tingkat rendah (low level programming language) melalui compiler yang telah disediakan.

Yang istimewa, semuanya itu dilakukan di atas teknologi blockchain yang transparan, terdesentralisasi, dan permanen.

Dua tahun yang lalu ketika saya mulai berkenalan dengan Bitcoin, saya amat tertarik dengan teknologi ini, salah satunya karena saya bisa memprogram uang saya sendiri sesuai dengan kehendak saya. Dari sini saya mengenal istilah “programmable money” atau uang yang dapat diprogram, yang tidak ditemukan di dalam platform perbankan manapun yang ada saat ini. Saya juga berkali-kali menggunakan fitur hashlock dan timelock dalam sistem yang saya kembangkan untuk keperluan riset, yang pada saat itu belum banyak digunakan orang lain.

Meskipun konsep programmable money merupakan terobosan revolusioner dalam Bitcoin, lama-kelamaan batasan pemrograman di dalam Bitcoin semakin terasa. Bitcoin hanya menyediakan satu set perintah operasi (operation code atau opcode) yang tidak dapat digunakan untuk membangun program yang kompleks.

Tidak hanya itu, semakin lama jumlah opcode yang dapat digunakan juga semakin sedikit, sebab para pengembang utama Bitcoin, khawatir bahwa beberapa opcode yang membutuhkan sumber daya yang besar dipergunakan oleh mereka yang tidak bertanggungjawab untuk menyerang sistem Bitcoin. Bahasa pemrograman berbasis stack yang ditanam di dalam Bitcoin pun semakin tidak nyaman digunakan manakala kebutuhan akan fleksibilitas komputasi semakin tinggi.

Kemudian hadirlah Ethereum. Sebagaimana telah disampaikan di atas, Ethereum membuat segalanya yang sebelumnya sulit dilakukan di dalam Bitcoin menjadi amat mudah dalam Ethereum. Ini contohnya.

Pada tahun 2016, saya mempublikasikan sebuah artikel prosiding berjudul “Extending Asset Management System Functionality in Bitcoin Platform”. Dalam artikel tersebut saya memaparkan bagaimana seseorang dapat menyimpan informasi dalam ukuran besar (tentunya masih pada batas-batas maksimum yang diperbolehkan oleh protokol Bitcoin), di mana tanpa teknik ini orang hanya dapat menyimpan informasi paling banyak 80 byte saja. Sementara, dengan menggunakan teknik yang saya gunakan, saya bisa menyimpan pidato kemerdekaan Indonesia yang disampaikan oleh Bung Karno pada 17 Agustus 1945!

Dengan menggunakan Ethereum, pekerjaan ini menjadi amat mudah dilakukan, bahkan menjadi contoh paling awal bagi siapapun yang mulai belajar menulis smart contract. Apabila suatu pekerjaan sulit di Bitcoin menjadi sangat mudah di Ethereum, bayangkan betapa besar potensi smart contract ini apabila dikembangkan lebih lanjut. Hal ini juga dibuktikan dengan besarnya minat industri teknologi informasi terhadap smart contract: hampir semua ICO dilakukan dengan menggunakan platform Ethereum.

Decentralized application (dApp) yang muncul sebagai produk Smart contract juga mulai populer dalam dunia mata uang kripto. Programmable money mendapatkan second wind dengan Ethereum. []

Terkini

Warta Korporat

Terkait