Stablecoin Baru Sonic Labs Bikin Deg-degan, Ingat TerraUSD?

Proyek stablecoin algoritmik kembali menjadi sorotan setelah Andre Cronje, salah satu Pendiri Sonic Labs sekaligus sosok legendaris di balik Yearn Finance, mengungkap bahwa timnya baru saja menciptakan model stablecoin baru yang mampu menghasilkan imbal hasil tinggi.

Namun, meski secara teknis terdengar menjanjikan, Cronje sendiri tampak ragu untuk melangkah lebih jauh.

“Cukup yakin tim kami berhasil memecahkan koin stabil algo hari ini, tetapi siklus sebelumnya memberi saya begitu banyak PTSD, tidak yakin apakah kami harus mengimplementasikannya,” ujar Cronje dalam sebuah tweet.

Pernyataan itu, bagi banyak orang di ruang kripto, seakan membuka kembali luka lama yang belum sepenuhnya sembuh, yakni tragedi runtuhnya TerraUSD.

Masih Lekat di Ingatan: Luka TerraUSD

Tak ada yang benar-benar bisa lupa bagaimana TerraUSD (UST), stablecoin algoritmik yang kala itu dianggap revolusioner, justru ambruk secara dramatis pada 2022.

Dampaknya luar biasa, jutaan investor kehilangan dana, kepercayaan publik anjlok, dan regulator di berbagai negara, termasuk di AS dan Eropa, semakin ketat dalam mengawasi proyek serupa.

Kini, seperti yang dilaporkan oleh The Block, Sonic Labs muncul dengan stablecoin algoritmik yang diklaim lebih matang. Namun, di tengah lanskap kripto yang penuh kehati-hatian, munculnya proyek semacam ini jelas membawa beban sejarah yang berat.

Bagi Cronje, trauma dari siklus sebelumnya tampaknya belum sepenuhnya hilang, meskipun potensi yang ditawarkan teknologinya terlihat menggiurkan.

Imbal Hasil Tinggi, Tapi Risiko Juga Besar

Dalam pengujian awalnya, stablecoin baru ini menunjukkan kemampuan menghasilkan imbal hasil tahunan yang cukup mencolok. Ketika total nilai terkunci (TVL) berada di angka US$10 juta, sistem mampu menawarkan imbal hasil hingga lebih dari 200 persen.

Saat TVL naik ke US$100 juta, imbal hasil masih bertahan di sekitar 23,5 persen. Bahkan ketika mencapai US$1 miliar, estimasinya tetap di kisaran 4,9 persen.

Angka-angka ini mungkin terdengar seperti musik di telinga para investor yang selalu mencari peluang cuan. Namun, justru di sinilah letak masalahnya. Model semacam ini, meski menjanjikan, juga sangat rentan terhadap ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan, celah yang dulu menghancurkan TerraUSD.

Regulasi yang Mulai Menggigit

Di sisi lain, dunia regulasi kini jauh berbeda dibandingkan dua tahun lalu. Uni Eropa, misalnya, telah mengesahkan aturan Markets in Crypto-Assets (MiCA) yang secara tegas melarang penerbitan stablecoin algoritmik. Regulasi ini secara khusus dibuat untuk mencegah insiden yang merugikan seperti Terra-Luna terulang kembali.

Situasi ini tentu membuat peluncuran stablecoin baru dari Sonic Labs menjadi semakin rumit. Di tengah ketidakpastian hukum dan trauma kolektif pasar, bahkan teknologi yang paling menjanjikan pun bisa terjebak di titik awal.

Teknologi Sonic Labs yang Tak Bisa Diabaikan

Menariknya, Sonic Labs sendiri mengklaim sebagai blockchain Ethereum Virtual Machine (EVM) tercepat di dunia. Mereka menjanjikan finalitas transaksi dalam waktu hanya 720 milidetik, sebuah angka yang luar biasa jika dibandingkan dengan jaringan blockchain tradisional lainnya.

Kecepatan ini, menurut beberapa pengamat, bisa menjadi kunci penting untuk menjaga stabilitas sistem algoritmik semacam ini. Tapi, tentu saja, kecepatan bukan satu-satunya faktor yang menentukan kelayakan stablecoin. Kepercayaan, ekosistem pendukung, serta tata kelola yang baik juga memainkan peran besar.

Melihat segala kondisi yang ada, sulit untuk menyalahkan Cronje jika ia masih berada dalam dilema. Di satu sisi, teknologi yang ia dan timnya ciptakan terlihat solid.

Di sisi lain, ia juga memahami bahwa sejarah tidak bisa diabaikan begitu saja. Dunia kripto memang cepat berubah, tapi luka lama bisa bertahan lebih lama dari yang kita kira.

Kalau diibaratkan, ini seperti seseorang yang berhasil menciptakan mobil tercepat di dunia, tapi pernah mengalami kecelakaan fatal saat mengemudi. Meski mobilnya kini lebih aman dan bertenaga, rasa takut untuk kembali ke lintasan itu nyata adanya.

Pertanyaannya sekarang, apakah pasar, dan juga regulator, siap untuk memberikan kesempatan kedua pada model stablecoin algoritmik? Ataukah kegagalan hebat seperti TerraUSD telah menutup pintu bagi inovasi serupa untuk selamanya? [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait