Supremasi Dolar AS Kian Terancam sebagai Mata Uang Paling Super

Supremasi dari mata uang dolar AS kian terancam dan tertekan oleh ancaman ganda dari dua negara besar, Rusia dan Tiongkok.

Forbes melaporkan bahwa, kemajuan teknologi kripto untuk menghadirkan mata uang digital bank sentral (CBDC) sebagai upaya untuk menyudahi kebergantungan dengan dolar AS menjadi ancaman bagi supremasinya.

CBDC Akan Datang, Supremasi Dolar AS Kian Terancam

Zoltan Pozar, seorang analis dari Credit Suisse, mengatakan bahwa hak istimewa yang dimiliki oleh mata uang AS dapat diserang oleh kehadiran CBDC.

“Jaringan berbasis CBDC yang muncul diberlakukan dengan jalur pertukaran mata uang bilateral. Ini dapat memungkinkan bank sentral di timur dan selatan global untuk berfungsi sebagai dealer valuta asing untuk menengahi aliran mata uang antara sistem perbankan lokal, semuanya tanpa merujuk dolar AS atau menyentuh sistem perbankan barat,” ujar Pozar.

Saat ini, ada semakin banyak bank sentral yang mengeksplorasi CBDC dan potensi penggunaannya, di mana ini telah dipimpin oleh Tiongkok dengan CBDC-nya, yuan digital (e-CNY).

Selain itu, Rusia juga mulai mengembangkan sistem penyelesaian lintas batas menggunakan CBDC rubel digital. Ini dilakukan untuk mengatasi dampak dari sanksi internasional setelah berkonflik dengan Ukraina.

“Sebuah jaringan baru diperlukan… Laju dedolarisasi tampaknya telah meningkat dan CBDC berpotensi mempercepat transisi ini karena negara-negara semakin membayar energi dan komoditas dengan alternatif selain dolar AS,” tambah Pozar.

Di saat banyak negara melirik CBDC, Departemen Keuangan AS justru mencacinya, menganggap kebutuhan akan dolar AS digital tidaklah penting dan justru dapat menjadi ancaman terhadap perannya dalam perdagangan internasional, atau sebagai mata uang cadangan.

“Pandangan saya adalah kepemimpinan global kami tidak berasal dari teknologi kami,” ujar Wakil Menteri Keuangan Domestik di Departemen Keuangan AS, Nellie Liang.

Analis percaya, CBDC dapat membalikkan tatanan di perekonomian global, termasuk urusan transaksi antar-negara, karena dolar AS kemungkinan tidak akan begitu digunakan.

Beberapa pendukung kripto pun menilai, CBDC sejatinya akan berjalan beriringan dengan kripto tradisional, seperti Bitcoin, karena memiliki visi yang berbeda. [st]

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait