Tarif perdagangan AS yang seharusnya mulai berlaku pada 2 April mendatang tampaknya akan berubah arah. Gedung Putih kini mempertimbangkan pendekatan yang lebih sempit dan selektif.
Berdasarkan laporan WSJ, alih-alih memberlakukan tarif secara menyeluruh terhadap sejumlah sektor industri, AS berencana menerapkan tarif balasan hanya kepada negara-negara yang menjadi mitra dagang terbesar.
Strategi ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak sekadar ingin memukul rata, melainkan memilih untuk menyerang titik-titik yang dianggap paling berdampak secara strategis.
Negara Mitra Dagang Jadi Sasaran Utama
AS menilai bahwa beberapa negara sejauh ini menikmati keuntungan besar dalam perdagangan tanpa memberikan akses yang setara. Dengan mengenakan tarif balasan, pemerintah berharap dapat menciptakan tekanan agar terjadi perubahan dalam praktik dagang negara-negara tersebut.
Namun demikian, tidak semua negara akan kena getahnya. Pemerintah sedang mengevaluasi kemungkinan pengecualian bagi negara-negara tertentu yang dinilai memiliki hubungan dagang yang sehat dengan AS.
Meski belum diumumkan secara resmi, sejumlah pejabat dalam pemerintahan menyebutkan bahwa pengecualian itu akan dilakukan berdasarkan kontribusi negara tersebut terhadap perekonomian AS dan stabilitas politik global.
Tarif Tambahan Bagi Pembeli Energi dari Venezuela
Di sisi lain, Presiden Trump juga mengumumkan kebijakan baru yang cukup mengejutkan. Negara-negara yang membeli minyak dan gas dari Venezuela bakal dikenai tarif tambahan sebesar 25 persen.
Ini adalah semacam tarif hukuman yang bertujuan menekan pengaruh ekonomi Venezuela di pasar global, serta mempersempit akses negara-negara lain terhadap sumber energi dari negara tersebut.
Kalau negara seperti Tiongkok tetap melanjutkan pembelian energinya dari Venezuela, total beban tarif mereka bisa mencapai 45 persen, mengingat sudah ada tarif 20 persen yang dikenakan sebelumnya. Bisa dibayangkan, ini seperti memasukkan belanja ke keranjang belanjaan, lalu sadar ternyata harga setiap item-nya dua kali lipat dari biasanya.
Penundaan Tarif untuk Beberapa Sektor
Selain itu, AS juga tampaknya memilih untuk menunda penerapan tarif pada beberapa sektor industri seperti otomotif, kayu, farmasi dan semikonduktor.
Langkah ini dinilai sebagai bentuk kehati-hatian agar tidak menimbulkan efek domino negatif terhadap industri dalam negeri maupun konsumen. Karena, siapa yang mau bayar lebih mahal untuk obat batuk atau prosesor laptop hanya karena perang dagang?
Penundaan ini, menurut para analis, adalah bentuk kompromi yang cukup bijak. Pemerintah ingin menunjukkan ketegasan, tapi tidak sampai menembak kaki sendiri.
Chevron Dapat Napas Tambahan di Venezuela
Dalam konteks yang sama, Chevron, perusahaan energi asal AS, mendapat perpanjangan izin untuk beroperasi di Venezuela hingga akhir Mei. Sebelumnya, Chevron hanya diberi waktu 30 hari untuk angkat kaki dari negara tersebut.
Keputusan ini memperlihatkan bahwa meskipun hubungan antara AS dan Venezuela kian renggang, ada kepentingan ekonomi yang terlalu besar untuk diabaikan begitu saja.
Pasar Merespons, Tapi Tetap Waspada
Kabar penyesuaian kebijakan ini rupanya membawa angin segar bagi pasar keuangan. Indeks saham utama di AS langsung naik karena pelaku pasar merasa lebih tenang dengan pendekatan yang tidak terlalu ekstrem.
Namun, di balik euforia jangka pendek ini, beberapa ekonom mengingatkan bahwa risiko perang dagang belum sepenuhnya hilang dari radar.
Tarif baru bisa memicu aksi balasan dari negara mitra dagang, menciptakan rantai ketegangan yang berujung pada ketidakpastian jangka panjang. Dunia usaha pun tetap berjaga-jaga, mereka tahu bahwa dalam dunia dagang, satu kebijakan bisa mengubah jalur pasokan seperti hujan deras yang mengubah rute jalan kampung.
Langkah terbaru dari pemerintahan AS ini bisa dibaca sebagai bentuk diplomasi dagang yang lebih terukur. Pemerintah memilih jalur “pilih-pilih musuh” ketimbang menantang seluruh dunia dalam satu waktu.
Apakah strategi ini akan berhasil atau justru membuka babak baru dalam drama perdagangan global? Seperti biasa, dunia akan menonton sambil menahan napas. [st]