Tiktoker AS Mengaku Bersalah Cuci Uang Pakai Bitcoin

Seorang Tiktoker asal AS bernama akun Danny Devan, alias Denish Sahadevan, telah mengaku bersalah di pengadilan federal atas tuduhan cuci uang pakai Bitcoin.

Selain itu, ia juga mendapatkan tuduhan lain, seperti penipuan melalui transfer elektronik dan pencurian identitas dengan kekerasan.

Cuci Uang Pakai Bitcoin 

Berdasarkan laporan Yahoo Finance, tuduhan-tuduhan tersebut berasal dari keterlibatan Sahadevan dalam skema penipuan terhadap pemberi pinjaman dan pemerintah AS sebesar US$1,2 juta melalui bantuan COVID-19, terutama melalui aset kripto seperti Bitcoin (BTC).

Menurut siaran pers dari Kantor Jaksa AS wilayah Maryland, Tiktoker ternama tersebut mencoba memanfaatkan program bantuan keuangan yang didirikan oleh pemerintah AS melalui Undang-Undang Bantuan, Pertolongan dan Keamanan Ekonomi Coronavirus (CARES).

Mulai Maret 2020, Sahadevan diduga membuat formulir pajak palsu dan laporan bank palsu untuk mendukung aplikasi pinjaman PPP dan EIDL-nya. Ia juga menggunakan informasi pribadi orang lain tanpa izin untuk melegitimasi beberapa dokumen.

Otoritas mengklaim bahwa Sahadevan mengajukan sekitar 71 pinjaman PPP, dengan potensi nilai US$941.000, dan berhasil menerima manfaat PPP sebesar US$146.000. Selain itu, ia memperoleh delapan pinjaman EIDL, dengan total US$238.000.

Jaksa penuntut juga mengungkapkan bahwa Sahadevan terlibat dalam perdagangan surat berharga dan aset kripto, dengan mencoba mencuci uang pemerintah dengan melunasi utang pribadi dan mentransfer sebagian uang ke pacarnya.

Sahadevan diketahui juga meminjam US$1,3 juta, menyembunyikan utang sebesar US$283.000 yang dikumpulkannya dari manfaat EIDL dan membeli sebuah rumah mewah di Potomac, Maryland.

Kegiatan ilegal Sahadevan terungkap pada tanggal 24 Februari 2023, ketika pihak penegak hukum melakukan penggerebekan di tempat tinggalnya di Potomac.

Selama penggerebekan, otoritas menemukan 18 SIM yang dimiliki orang lain, US$17.000 dalam bentuk uang tunai dan sebuah Bitcoin fisik dalam kotak hitam. Semua barang ini disita sebagai bukti.

Sahadevan saat ini menunggu vonis di Maryland dan menghadapi hukuman berat atas kejahatannya.

Jika terbukti bersalah, ia bisa mendapatkan hukuman penjara maksimal 20 tahun karena penipuan melalui transfer elektronik, 10 tahun karena pencucian uang dan hukuman wajib dua tahun karena pencurian identitas dengan kekerasan.

Sebagai bagian dari perjanjian pengakuan bersalahnya, Sahadevan setuju untuk menyita uang tunai dan Bitcoin yang dimilikinya serta membayar US$429.000 sebagai restitusi. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait