Trump Mau Hapus Pajak Penghasilan, Pasar Kripto Makin Panas

Presiden AS, Donald Trump, kembali membuat gebrakan besar dalam dunia kebijakan ekonomi. Kali ini, ia tidak sekadar berbicara soal tarif tambahan, melainkan melemparkan ide penghapusan pajak penghasilan federal sepenuhnya, diganti dengan pendapatan dari tarif impor.

Langkah ini langsung menuai perhatian luas, mengingat pajak penghasilan selama ini menjadi tulang punggung anggaran negara.

“Ini akan menjadi keberuntungan bagi AS! Layanan pajak eksternal sedang berlangsung!” ujar Trump dalam sebuah post di Truth Social.

Lebih lanjut lagi, Trump menambahkan bahwa kebijakan ini akan menguntungkan warga AS dengan penghasilan di bawah US$200.000 per tahun. Ia mengklaim, jika penerimaan negara digeser dari pajak ke tarif impor, rakyat tidak hanya akan merasakan keringanan beban pajak, tetapi juga berpotensi menikmati pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Apakah Tarif Bisa Benar-Benar Menggantikan Pajak?

Namun demikian, wacana ini tentu tidak terlepas dari pertanyaan besar, mungkinkah tarif impor saja cukup untuk membiayai seluruh kebutuhan negara sebesar ekonomi AS?

Saat ini, pendapatan dari tarif hanya menyumbang sebagian kecil dibandingkan kebutuhan anggaran federal yang mencapai triliunan dolar AS per tahun. Bahkan, para ekonom menyuarakan kekhawatiran bahwa mengandalkan tarif saja bisa menciptakan jurang defisit yang makin dalam.

Di sisi lain, Trump juga mengusulkan penghapusan pajak atas tunjangan Jaminan Sosial, upah lembur dan tip.

Tak ketinggalan, ia ingin mempermanenkan pemotongan pajak dari Undang-Undang Pemotongan Pajak dan Pekerjaan 2017. Dalam pandangan Trump, semua ini merupakan bentuk nyata dari “mengembalikan uang ke kantong rakyat.”

Namun, tidak semua pihak setuju. Banyak analis mengingatkan bahwa tarif sering kali membebani konsumen, terutama mereka yang berpenghasilan rendah dan menengah. Ibaratnya, kenaikan harga barang impor adalah biaya tambahan yang harus ditanggung di kasir setiap hari, meski di sisi lain gaji mungkin bebas potongan pajak.

Risiko Tarik-Menarik dengan Tiongkok dan Dunia

Rencana Trump juga mencakup penerapan tarif dasar 10 persen untuk semua impor dan tarif tambahan hingga 60 persen untuk barang-barang dari negara seperti Tiongkok.

Jika direalisasikan, langkah ini diprediksi akan memicu gelombang balasan dari negara lain. Bukan tidak mungkin, perang dagang besar-besaran akan kembali mengguncang.

Dampaknya? Inflasi bisa meningkat, harga-harga barang bisa melonjak, dan daya beli masyarakat bisa tertekan. Bayangkan saja, barang kebutuhan sehari-hari yang diimpor, dari ponsel hingga makanan, bisa tiba-tiba lebih mahal. Ini seperti membeli roti, tapi membayar setengah harga lagi hanya karena perang tarif.

Dampak Kebijakan Ini Terhadap Pasar Kripto Global

Di tengah skenario global yang serba tidak pasti, dunia kripto pun tidak akan tinggal diam. Jika rencana Trump benar-benar membuat inflasi melonjak dan memicu ketegangan perdagangan internasional, banyak investor bisa mulai melirik aset digital seperti Bitcoin sebagai bentuk lindung nilai.

Kripto, yang sejak lama diposisikan sebagai alternatif dari sistem keuangan tradisional, mungkin akan mengalami lonjakan minat baru. Sebagaimana sejarah mencatat, saat ketidakpastian meningkat, aset non-konvensional sering menjadi pelarian.

Tidak menutup kemungkinan, volatilitas di pasar kripto justru meningkat karena arus modal masuk dari investor yang mencoba mengamankan nilai kekayaan mereka.

Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, rencana ini jelas berani. Mungkin bagi sebagian orang, gagasan membayar pajak lewat tarif terasa seperti liburan tanpa akhir dari administrasi pajak rumit.

Namun, untuk negara sebesar AS, pertanyaannya bukan hanya soal menghapus pajak, tapi bagaimana mempertahankan roda pemerintahan tetap berputar tanpa tersandung di tengah jalan.

Pada akhirnya, apakah ini akan menjadi revolusi sistem pajak atau sekadar langkah populis menjelang pemilu, hanya waktu yang bisa menjawab. Yang pasti, dunia, baik ekonomi tradisional maupun pasar kripto, sedang menunggu dengan napas tertahan, seolah menanti sebuah kartu domino pertama yang siap jatuh. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait