Urusan Adopsi Crypto, Vietnam Nomor Satu di Dunia Kalahkan Indonesia, Apa Sebab?

Laporan perusahaan analisa blockchain Chainalysis ungkap negara berkembang mendominasi adopsi crypto. Vietnam menduduki posisi nomor satu, mengalahkan Indonesia di posisi nomor 20.

Adopsi Crypto di Negara Berkembang 

Menurut Laporan Geografi Kripto 2022 Chainalysis, lima negara dengan peringkat teratas bagi adopsi crypto global adalah Vietnam, Filipina, Ukraina, India dan Amerika Serikat, disusul oleh Pakistan, Brazil, Thailand, Rusia dan Tiongkok.

Vietnam menduduki peringkat pertama dua tahun berturut-turut. Chainalysis melaporkan, negara tersebut menunjukkan daya beli tinggi dan adopsi kuat terhadap aplikasi kripto sentralistik, keuangan desentralistik (DeFi) dan peer-to-peer (P2P).

Berdasarkan polling tahun 2020, 21 persen konsumen Vietnam mengaku memiliki atau pernah menggunakan aset kripto. Selain itu, game berbasis kripto sangat popular di negara tersebut, baik bagi pemain maupun developer.

Filipina melompat dari posisi 15 ke posisi kedua. Vietnam dan Filipina memiliki faktor pertumbuhan yang sama, yakni minat yang tinggi terhadap game play-to-earn (P2E) dan remitansi.

AS turut mengalami peningkatan posisi di peringkat kelima setelah sebelumnya berada di posisi kedelapan pada tahun 2021. Kendati AS memiliki peringkat tinggi, AS berada di posisi ke-111 berdasarkan ukuran volume perdagangan P2P.

Menurut Chainalysis, volume perdagangan P2P bernilai tinggi di negara-negara dengan daya beli rendah, seperti Asia Tenggara.

Perusahaan analisa tersebut menambahkan, AS merupakan negara maju dengan peringkat tertinggi pada Indeks Adopsi Crypto Global 2022. Selain AS, hanya Inggris yang turut memasuki peringkat 20 teratas.

Crypto News melansir, Chainalysis menemukan tren menguat pada tahun 2021, yakni negara berkembang mendominasi adopsi kripto.

Perusahaan tersebut menggunakan kerangka dari Bank Dunia yang menggolongkan negara-negara berdasarkan tingkat penghasilan tinggi, penghasilan menengah ke atas, penghasilan menengah ke bawah dan penghasilan rendah.

Laporan Chainalysis menemukan negara dengan penghasilan menengah ke atas dan menengah ke bawah mendominasi indeksi adopsi kripto.

Dari 20 negara dengan peringkat tertinggi, 10 negara memiliki penghasilan menengah ke bawah yakni Vietnam, Filipina, Ukraina, India, Pakistan, Nigeria, Moroko, Nepal, Kenya dan Indonesia.

Delapan negara memiliki penghasilan menengah ke atas yakni Brazil, Thailand, Rusia, Tiongkok, Turki, Argentina, Kolombia dan Ekuador. Dua negara lain berpenghasilan tinggi, yakni AS dan Inggris.

Pengguna di negara berpenghasilan menengah ke bawah dan menengah ke atas memakai kripto untuk mengirim remitansi, menyimpan tabungan dan memenuhi kebutuhan ekonomi.

Chainalysis menambahkan, negara-negara tersebut lebih memakai Bitcoin (BTC) dan stablecoin dibanding negara lain. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait