JD.com, raksasa e-commerce asal Tiongkok, dikabarkan tengah bersiap merilis stablecoin. Namun sebelum peluncuran resmi, sejumlah pihak tak bertanggung jawab sudah lebih dulu memanfaatkan kabar ini dengan menciptakan versi palsunya.
Fenomena ini mencuat setelah sejumlah akun WeChat memperingatkan publik mengenai kampanye penipuan yang menawarkan stablecoin JD.com yang palsu. Skema ini menargetkan pengguna dengan janji imbalan besar dan klaim kerja sama yang tidak benar.
JD.com pun merespons tegas melalui pernyataan resmi di Weibo pada Senin (30/06). Mereka menegaskan belum pernah merilis stablecoin maupun menjalin kemitraan dengan pihak mana pun terkait aset digital.
“Kami kembali mengingatkan bahwa JD.com Coin Chain Technology belum menerbitkan stablecoin dan juga belum membentuk komunitas terkait apa pun. Seluruh informasi yang beredar saat ini mengenai cara mendapatkan stablecoin JD.com diduga merupakan penipuan,” tegas pihak JD.com.

Penipu Janjikan 5.000 Stablecoin Palsu dan Imbalan Referral
Skema penipuan ini terbilang rapi dan menggoda. Para scammer menjanjikan hadiah hingga 5.000 stablecoin JD.com palsu hanya dengan mendaftar, serta bonus tambahan bagi siapa pun yang berhasil mengajak teman untuk ikut bergabung.
Mereka juga mengklaim telah menjalin kerja sama dengan JD CoinLink, anak perusahaan JD.com yang berbasis di Hong Kong. Namun, klaim ini langsung dibantah oleh JD.com dalam pernyataan sebelumnya.
Sementara itu, JD.com memang tengah menjajaki pengembangan stablecoin secara sah. Perusahaan ini tercatat sebagai peserta sandbox admission di Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) sejak 2024.

Langkah tersebut merupakan bagian dari uji coba kerangka regulasi stablecoin baru yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025. JD.com juga turut melobi dan mendesak bank sentral Tiongkok agar mengizinkan penerbitan stablecoin yang dipatok ke yuan.
Pelajaran dari Kasus DeepSeek
Kasus beredarnya stablecoin JD.com palsu mengingatkan bahwa insiden serupa yang terjadi saat peluncuran DeepSeek. Ketika proyek AI tersebut mulai naik daun, berbagai token palsu bermunculan dan menyaru sebagai bagian dari proyek tersebut.
Penipuan itu menargetkan investor ritel dengan iming-iming keuntungan cepat. Banyak yang akhirnya terjebak karena tidak memverifikasi legalitas proyek, hingga harus merelakan dana yang hilang.
Dua kasus ini menunjukkan pola yang sama: popularitas merek atau teknologi baru sering dimanfaatkan oknum untuk melancarkan penipuan kripto. Nama besar dijadikan tameng untuk membangun kepercayaan palsu.
Karena itu, publik—terutama pengguna kripto—perlu lebih waspada. Jangan mudah tergiur janji hadiah atau keuntungan besar dari proyek yang belum jelas asal-usul dan kredibilitasnya. [dp]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.