Whale Bitcoin awal ternyata diam-diam mengurangi laju investasi dan menjual sepanjang 2025. Bagaimana prediksi harga BTC berikutnya usai hari mencetak ATH baru di US$111 ribu??
Para pemegang awal Bitcoin mulai melepas sebagian besar aset mereka secara perlahan. Data on-chain terbaru dari 10x Research menunjukkan bahwa para whale Bitcoin awal—yang mencakup investor awal, penambang, dan dompet milik crypto exchange lawas—telah melakukan distribusi aset secara bertahap sepanjang tahun 2025.
“Ini bukan aksi jual panik. Ini adalah rotasi portofolio yang terencana dan disiplin,” demikian tulis tim analis 10x Research dalam laporan terbarunya, Rabu, 21 Mei 2025.
Distribusi aset ini, menurut mereka, dilakukan secara diam-diam ke tangan individu dengan kekayaan tinggi, hedge fund, dan neraca perusahaan seperti MicroStrategy. Meskipun kepemilikan berpindah tangan, arus deposit whale Bitcoin awal ke bursa tetap rendah, dan volatilitas pasar secara umum terkendali. Ini menandakan bahwa pasar saat ini tidak sedang mengalami ledakan impulsif seperti yang terjadi pada tahun 2017 atau 2021.
“Pasar ini bergerak secara perlahan, strategis, dan institusional. Selama para whale mampu menyerap pasokan, harga Bitcoin masih bisa terus naik,” tulis 10x Research.

Peluang BTC Jadi US$122 Ribu
Namun, mereka juga mengingatkan akan pola berulang dalam sejarah Bitcoin. Justru bukan saat para pemegang jangka panjang menjual yang menjadi risiko utama, melainkan ketika mereka berhenti menjual. Saat itulah permintaan bisa melemah, pasokan tidak lagi terserap, dan para pemegang awal terpaksa kembali menyimpan aset mereka.
“Kami melihat pola ini terjadi pada Maret 2024, dan kembali terjadi pada Januari 2025. Sinyalnya sangat jelas, dan kami saat itu langsung mengambil posisi bearish,” ungkap mereka.
Menurut pengamatan 10x Research, pergerakan harga Bitcoin saat ini menunjukkan pola loncatan sebesar US$16.000. Setelah menembus US$84.500, harga terus naik ke US$95.000 dan US$106.000, seperti yang telah mereka proyeksikan sebelumnya. Sasaran berikutnya yang mereka tetapkan adalah US$122.000.

Sasaran ini, kata mereka, bukan sekadar angka acak, tetapi hasil dari analisis makro dan perilaku yang sama yang sebelumnya telah membantu mereka mengidentifikasi titik balik utama pasar.
“Bitcoin bukan sekadar kode atau narasi. Ia adalah cerminan keyakinan manusia. Dan data on-chain akan selalu memberi tahu kapan keyakinan itu mulai retak,” tambah laporan tersebut.
10x Research juga mengungkapkan bahwa mereka telah merilis tiga laporan terpisah pekan ini untuk menguraikan konteks lebih dalam mengenai dinamika ini. Mereka menyarankan para pelaku pasar untuk meninjau kembali laporan-laporan tersebut demi memahami perkembangan terbaru yang sedang terjadi.
Ragam Prediksi Sebelumnya
Prediksi harga Bitcoin (BTC) terus menjadi topik sentral di kalangan analis dan investor kripto, terutama menjelang paruh kedua tahun 2025. Sejumlah analis ternama dan lembaga riset global menyampaikan proyeksi harga yang beragam, mulai dari skenario konservatif hingga optimis ekstrem, mencerminkan dinamika pasar kripto yang kompleks dan volatil. Salah satu proyeksi paling berani datang dari Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad Poor Dad, yang memprediksi harga Bitcoin bisa mencapai US$1 juta pada tahun 2035. Menurutnya, pelemahan nilai dolar AS dan potensi krisis ekonomi besar akan mempercepat adopsi Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
Dalam jangka menengah, proyeksi dari Deepseek AI menghadirkan tiga skenario: base case di kisaran US$100.000 hingga US$150.000, bull case mencapai US$200.000 hingga US$350.000, dan skenario ekstrem atau black swan di level US$500.000, jika terjadi hiperinflasi dan adopsi besar oleh pemerintah. Model ini menggarisbawahi pentingnya faktor makroekonomi dalam menentukan arah harga BTC ke depan. Sementara itu, PlanB, pencipta model Stock-to-Flow, mengklaim bahwa harga Bitcoin bisa mencapai US$400.000 dalam beberapa bulan mendatang berdasarkan momentum dan indikator RSI historis yang menunjukkan fase akumulasi besar-besaran.
Dari sisi analisis teknikal, CobraVanguard dan Apsk32 menyajikan pendekatan yang mendalam. CobraVanguard melihat pola inverse head and shoulders yang jika terkonfirmasi bisa mendorong harga menuju US$300.000 dalam 12–18 bulan. Di sisi lain, Apsk32 menggunakan perbandingan dengan harga emas dan menghasilkan proyeksi Bitcoin mencapai US$250.000 pada 2025. Pendekatan matematis unik ini menjadi sorotan karena menggabungkan korelasi antar aset sebagai dasar valuasi.
Sementara itu, dalam jangka pendek hingga pertengahan tahun 2025, 10x Research sebelumnya memproyeksikan harga Bitcoin akan menyentuh US$120.000 pada sekitar 7 Juli 2025. Prediksi ini diperkuat oleh sentimen makroekonomi dan tren teknikal yang menunjukkan akumulasi kuat oleh investor besar. Analis Ali Martinez juga menyoroti kemungkinan breakout jika harga berhasil menembus resistance di US$106.000, dengan target selanjutnya di US$115.000. Ia juga mencatat adanya penarikan besar-besaran Bitcoin dari bursa, sebuah sinyal klasik yang biasanya menandai sentimen bullish.
Namun, tidak semua prediksi bersifat optimis. Analis Xanrox memperingatkan bahwa setelah mencapai puncaknya di sekitar US$125.000 pada 2025, harga Bitcoin berpotensi terkoreksi tajam hingga ke level US$50.000 pada tahun 2026. Prediksi ini menunjukkan bahwa walaupun Bitcoin memiliki potensi pertumbuhan luar biasa, fase korektif setelah siklus bullish tetap menjadi risiko yang perlu diperhitungkan investor.
Secara keseluruhan, tren prediksi harga Bitcoin hingga 2025 dan seterusnya mencerminkan keyakinan kuat bahwa aset digital ini akan terus menjadi pusat perhatian dalam lanskap keuangan global. Adopsi institusional, perkembangan teknologi seperti Layer 2 dan ETF, serta dinamika geopolitik dan ekonomi makro akan terus menjadi pendorong utama arah harga Bitcoin ke depan. [ps]