5 Alasan Investor Kripto Beralih ke Stablecoin di Tengah Tekanan Tarif AS

Di tengah koreksi hebat pasar keuangan global, termasuk saham dan kripto akibat kebijakan tarif Trump, analis menyebut bahwa USDT justru digemari. Apa sebabnya?

Ketegangan geopolitik kembali mencuat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pemberlakuan tarif impor secara besar-besaran terhadap sejumlah negara mitra dagang. Kebijakan tersebut tidak hanya memicu tekanan di pasar saham global dan melemahkan nilai tukar rupiah, tetapi juga menimbulkan sentimen kehati-hatian di kalangan investor kripto domestik. Dalam kondisi pasar yang tidak menentu, stablecoin seperti Tether (USDT) kini menjadi instrumen pilihan. Berikut adalah lima alasan utama di balik pergeseran preferensi tersebut, berdasarkan keterangan tertulis dari Tokocrypto, Kamis (10/4/2025).

Bitcoin Melonjak Usai Jeda Tarif Trump, Analis: Waspada Volatilitas Lanjutan

1. Ketidakpastian Global Dorong Pendekatan Konservatif

Pemberlakuan tarif 125 persen terhadap Tiongkok yang dilakukan secara mendadak menjadi sinyal eskalasi konflik dagang berkepanjangan. Di Indonesia, efeknya terasa langsung: IHSG sempat mengalami tekanan jual besar-besaran, sementara nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sempat menembus Rp17.000 di pasar offshore. Ketidakstabilan ini memaksa investor mengambil pendekatan lebih konservatif dengan mengurangi eksposur pada aset berisiko tinggi. Kendati rebound usai Trump menyebutkan melakukan jeda kecuali terhadap Tiongkok, ketidakpastian masih ada di depan.

Kapitalisasi pasar USDT
Kapitalisasi pasar USDT yang melonjak sejak diterbitkan di beragam blockchain.

2. Koreksi Tajam Bitcoin dan Altcoin Memperkuat Arus Keluar

Penurunan tajam harga aset kripto turut mempertegas perubahan arah pasar. Bitcoin terkoreksi lebih dari 25 persen dari puncak tertingginya, dan altcoin mengikuti tren serupa.

“Pasar masih berada dalam fase konsolidasi, dengan tekanan jual yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda,” kata Wan Iqbal, Chief Marketing Officer Tokocrypto. Situasi ini mendorong investor untuk sementara waktu berpindah ke aset kripto yang lebih defensif seperti stablecoin.

Harga Bitcoin terkoreksi tajam dari rekor tertingginya
Harga Bitcoin terkoreksi tajam sebesar 31 persen dari rekor tertingginya (US$109 ribu). Sumber: TradingView.

3. USDT Tawarkan Lindung Nilai terhadap Fluktuasi Rupiah

Di tengah volatilitas nilai tukar, USDT tampil sebagai pilihan yang lebih stabil, karena nilainya dikaitkan langsung dengan dolar AS. Bagi investor Indonesia, ini menjadi cara yang efektif untuk melindungi nilai aset dari depresiasi rupiah. Stabilitas harga USDT juga menciptakan rasa aman dalam menghadapi dinamika pasar yang berubah-ubah secara cepat.

Tether Melaju! Kapitalisasi Pasar USDT Hampir Sentuh US$120 Milyar

4. Volume Transaksi USDT Dominasi pasar Indonesia

Wan Iqbal mengutip data resmi dari Bappebti, USDT telah menjadi aset kripto dengan volume transaksi terbesar di Indonesia selama dua tahun berturut-turut, melampaui Bitcoin dan Ethereum. Sejak awal 2024, volume perdagangan USDT di tiga bursa kripto utama Indonesia telah melampaui angka US$7 miliar.

“Di Tokocrypto, pasangan USDT/IDR menyumbang lebih dari seperempat total volume harian, menandakan preferensi yang kuat dari investor lokal,” sebutnya.

Bappebti Izinkan Badan Usaha dan Badan Hukum Membuat Akun Aset Kripto, Ini Rinciannya!

5. USDT Pelindung Nilai dan Akses ke DeFi

Selain fungsinya sebagai aset stabil, USDT juga berperan sebagai jembatan menuju ekosistem decentralized finance (DeFi).  Wan Iqbal mengatakan, USDT kini menjadi elemen penting dalam aktivitas perdagangan kripto lokal. Ia menambahkan bahwa selain menjaga likuiditas, USDT digunakan untuk mengakses berbagai aplikasi keuangan terdesentralisasi tanpa harus terpapar risiko volatilitas aset digital lainnya.

9 Penyebab Harga Bitcoin Kian Tergerus

Dalam konteks investor kripto yang tengah dilanda ketidakpastian, peran stablecoin semakin mengemuka sebagai alternatif yang aman dan fleksibel. Perpindahan arus modal dari aset spekulatif menuju instrumen yang lebih stabil seperti USDT menunjukkan bahwa investor Indonesia semakin matang dalam mengelola risiko. Seiring terus berkembangnya pasar, peran stablecoin kemungkinan besar akan terus meningkat sebagai fondasi strategi defensif yang adaptif dan berorientasi jangka panjang. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait