Ada Krisis Pasokan Bitcoin, Apakah Ini Awal Kenaikan Gila-gilaan?

Pasokan Bitcoin di bursa kripto terus mengalami penurunan drastis. Menurut data dari CryptoQuant dan Glassnode, jumlah Bitcoin (BTC) yang tersimpan di bursa saat ini telah mencapai level terendah sejak 2018. Dengan hanya 2,4 juta Bitcoin yang tersedia di bursa, situasi ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi investor dan analis.

Tren ini mengindikasikan bahwa semakin banyak Bitcoin yang diakumulasi oleh investor besar, perusahaan dan institusi keuangan, sementara jumlah Bitcoin yang tersedia untuk diperdagangkan semakin menipis. Jika permintaan terus meningkat, hal ini bisa memicu lonjakan harga yang signifikan.

Pasokan Bitcoin di OTC Kian Langka

Tidak hanya di bursa, pasokan Bitcoin di pasar Over-the-Counter (OTC) juga kian menipis. Saat ini, hanya tersisa sekitar 150.000 Bitcoin di pasar OTC, yang jika dikonversikan ke dalam nilai mata uang fiat, bernilai sekitar US$14,2 miliar, atau setara Rp230,63 triliun.

Jumlah ini tergolong kecil jika dibandingkan dengan permintaan dari investor besar yang terus meningkat.

Jika cadangan OTC habis, maka satu-satunya sumber Bitcoin yang tersisa adalah yang ada di bursa. Namun, dengan jumlah yang sudah sangat terbatas, situasi ini berpotensi menciptakan guncangan besar di pasar.

Lonjakan Permintaan dari Institusi dan Perusahaan Publik

Data dari BitcoinTreasuries.net menunjukkan bahwa sejak 2020, jumlah Bitcoin yang dimiliki oleh perusahaan publik, dana investasi dan institusi keuangan mengalami peningkatan pesat.

pasokan bitcoin

Salah satu perusahaan yang paling agresif dalam mengakumulasi Bitcoin adalah MicroStrategy. Perusahaan yang dipimpin oleh Michael Saylor ini telah mengumpulkan lebih dari 400.000 BTC.

Selain itu, semakin banyak perusahaan dan institusi yang mengikuti jejak MicroStrategy. Hingga awal 2025, entitas seperti dana investasi dan Bitcoin ETF telah membeli lebih dari 1,2 juta Bitcoin dalam 13 bulan terakhir.

Dengan semakin banyaknya perusahaan dan institusi yang masuk ke pasar, persediaan Bitcoin yang tersisa semakin terbatas.

“Banyak perusahaan melihat Bitcoin sebagai aset yang lebih baik dibandingkan uang tunai. Ini adalah pergeseran besar dalam cara pandang terhadap aset digital,” ujar analis kripto Lark Davis dalam video terbarunya.

Bitcoin ETF Memicu Gelombang Pembelian Besar-Besaran

Sejak spot Bitcoin ETF kali pertama disetujui di AS pada 2024, permintaan terhadap aset ini meningkat drastis. Menurut data dari Bitwise, net inflow dari Bitcoin ETF di AS telah mencapai 2,6 kali lebih besar dibandingkan jumlah Bitcoin yang berhasil ditambang sepanjang 2025.

Pasar ETF ini telah berkembang pesat, terutama di AS yang mendominasi lebih dari separuh pasar ekuitas global. Kanada dan Brasil, yang lebih dulu mengadopsi Bitcoin ETF, juga terus mengalami pertumbuhan. Dengan semakin banyaknya dana yang mengalir ke ETF ini, tekanan terhadap pasokan semakin tinggi.

Negara-Negara Mulai Memasuki Pasar BTC

Selain investor institusional, beberapa negara juga mulai mempertimbangkan Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan mereka.

AS, misalnya, dikabarkan tengah merancang kebijakan untuk membentuk Cadangan Strategis Bitcoin. Wacana ini didukung oleh beberapa senator dan dapat menjadi langkah besar dalam adopsi Bitcoin oleh negara.

Mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih, Anthony Scaramucci,menyatakan bahwa AS kemungkinan akan mempertahankan 200.000 BTC yang dimiliki oleh Departemen Kehakiman, serta membeli tambahan 400.000-500.000 BTC melalui kebijakan baru.

Di luar AS, negara-negara lain seperti Tiongkok, Brasil, Jepang dan Korea Selatan juga menunjukkan minat besar terhadap Bitcoin. Jepang bahkan tengah mempertimbangkan untuk mengurangi pajak keuntungan atas kripto serta melegalkan Bitcoin ETF.

Dengan pasokan Bitcoin di bursa dan OTC yang kian menipis, serta permintaan yang terus meningkat dari investor institusi dan pemerintah, pasar Bitcoin berpotensi mengalami guncangan besar.

Jika tren ini berlanjut, harga BTC bisa mengalami lonjakan tajam dalam waktu yang lebih cepat dari yang diperkirakan.

Meski demikian, ketidakpastian tetap ada. Sejarah menunjukkan bahwa lonjakan harga sering kali diikuti oleh aksi jual besar-besaran. Namun, dengan semakin banyaknya adopsi oleh perusahaan dan negara, Bitcoin semakin mengukuhkan posisinya sebagai aset strategis di era digital. [st]

Terkini

Warta Korporat

Terkait