Agar Pulih, Bitcoin Perlu Naik ke US$7.500-10 Ribu

Dalam waktu kurang dari enam hari, per 25 November 2019, Harga bitcoin turun dari US$8.239 menjadi US$6.510 pada titik terendah dalam sepekan. Kendati turun tajam, kemungkinan tren akan berbalik arah.

Michael Novogratz, CEO Galaxy Digital, mengatakan harga Bitcoin kemungkinan akan tetap di kisaran US$6.000 hingga US$7.400 untuk sementara waktu, kecuali jika Bitcoin akan menunjukkan pemulihan yang kuat dalam jangka pendek.

“Secara teknikal, Bitcoin perlu pulih ke US$7.500 dalam dua hari ke depan. Jika tidak, maka akan turun kembali ke kisaran US$6.000-US$7.400. Bitcoin memang menguat 95 persen selama tahun ini. Tapi, saya berharap Bitcoin naik ke US$10.000 lagi,” kata Novogratz.

Menurut Dovey Wan, Pendiri Primitive Crypto, tekanan jual di pasar aset kripto telah meningkat sejak bulan lalu, dan banyak tekanan berasal dari spot market.

“Tekanan jual sudah dimulai sejak bulan lalu. Bukan hanya hari ini atau seperti kemarin. Secara khusus tekanan jual yang besar bukan berasal dari bursa berjangka seperti di BitMEX atau Deribit. Justru tekanan jual datang dari spot market seperti Huobi dan Binance,” kata Dovey.

Sejumlah pihak berpendapat, bahwa pergerakan harga jangka pendek di pasar aset kripto, terutama Bitcoin dan Ether, secara signifikan dipengaruhi oleh perdagangan di bursa berjangka. Seringkali, penurunan dan kenaikan harga Bitcoin secara global dipengaruhi dari pasar itu, baik disebabkan kontrak berjangka yang panjang dan pendek. Biasanya nilai kontrak berjangka bernilai hingga ratusan juta dolar, berlangsung BitMEX.

Sepanjang minggu lalu, penurunan harga Bitcoin terutama disebabkan oleh aksi bersih-bersih terhadap bisnis yang terkait aset kripto dan blockchain oleh Pemerintah Tiongkok.

Namun faktor lain yang sering dilupakan adalah aksi jual Bitcoin oleh penambang-penambang berskala kecil yang jumlahnya cukup banyak.

Ketika harga Bitcoin bertenger di US$8.100, seorang penambang disebutkan menjual Bitcoin senilai US$17 juta di spot market, sehingga memicu tekanan jual lain. [Forbes/vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait