Expo 2025 di Osaka, Jepang, bukan hanya ajang pamer teknologi, budaya dan kolaborasi antarnegara. Tahun ini, gelaran tersebut juga membuka lembaran baru dalam integrasi teknologi blockchain lewat kehadiran dompet digital berbasis Aptos.
Dalam waktu kurang dari seminggu setelah peluncurannya, dompet ini sudah mencatat lebih dari 133.000 akun baru dan memproses lebih dari 558.000 transaksi. Bukan angka kecil, mengingat Expo-nya sendiri belum dibuka secara penuh.
Teknologi Web3 Mulai Dirasakan di Kehidupan Nyata
Bagi kebanyakan orang, istilah Web3 mungkin masih terdengar seperti jargon dunia kripto. Tapi Expo 2025 membuktikan sebaliknya. Dompet digital yang dikembangkan ini bukan hanya bisa menyimpan uang elektronik, tetapi juga menghadirkan pengalaman digital yang menyatu dengan aktivitas fisik selama pameran berlangsung.
Misalnya, pengunjung bisa mendapatkan token khusus sebagai bentuk apresiasi atas partisipasi mereka dalam kegiatan yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Uniknya, semua ini tidak terasa seperti seminar teknologi. Tidak ada tombol rumit atau antarmuka membingungkan. Pengguna tinggal membuka aplikasi, dan semua fitur langsung bisa diakses.
Bahkan ada NFT dalam bentuk Soulbound Token, jenis token yang tidak bisa dijual atau dipindahkan, yang bisa dikoleksi dari paviliun dan karya seni yang dikunjungi. Ibarat stempel kenangan digital, hanya saja tidak bisa dipalsukan.
Jepang Jadi Panggung Uji Teknologi Global
Tidak seperti proyek Web3 lain yang kadang hanya ramai di komunitas online, implementasi Aptos di Expo 2025 benar-benar menyentuh masyarakat luas. Hal ini diperkuat oleh data terbaru yang menunjukkan lonjakan signifikan dalam ekosistem Aptos.
Pada awal April, nilai stablecoin yang beredar di jaringan ini telah mencapai lebih dari US$1 miliar. Sebagai perbandingan, banyak jaringan blockchain lain butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai angka serupa.
Di sisi lain, jumlah dompet aktif di jaringan tersebut juga melonjak, mencapai 75 juta hanya dalam tiga minggu pertama April.
Angka ini menunjukkan bahwa inisiatif seperti Expo 2025 tidak hanya bersifat simbolik, melainkan mendorong penggunaan nyata teknologi baru di tengah masyarakat. Satu pertanyaan yang muncul: apakah proyek ini bisa jadi model global untuk acara-acara besar ke depan?
Aplikasi Global, Fitur Lokal
Aplikasi dompet digital ini bisa diunduh oleh siapa saja dari Google Play Store dan App Store. Namun, beberapa fitur seperti layanan uang elektronik dan pengumpulan poin hanya tersedia bagi pengguna di Jepang. Ini berkaitan dengan regulasi lokal, sesuatu yang memang harus diperhatikan dalam penerapan teknologi lintas negara.
Namun demikian, fitur lain seperti pengumpulan NFT dan program loyalitas tetap bisa dinikmati oleh pengguna internasional. Bahkan perusahaan dan institusi dari luar Jepang mulai tertarik menjajaki kemungkinan menggunakan sistem ini untuk kegiatan mereka sendiri.
Kalau kita bandingkan, ini seperti kartu member supermarket yang bisa menyimpan poin belanja, tapi berbasis blockchain dan punya tampilan jauh lebih keren.
Di tengah keraguan global soal kegunaan nyata blockchain, Expo 2025 Osaka memberi narasi baru. Alih-alih menjadi alat spekulasi, teknologi ini dihadirkan untuk sesuatu yang nyata dan bisa disentuh.
Dan ketika pengunjung, dari orang tua yang baru belajar smartphone hingga anak muda yang hobi koleksi digital, merasa nyaman menggunakannya, itu jadi bukti kuat bahwa Web3 bukan lagi milik segelintir orang saja.
Dompet digital Aptos bukan hanya proyek teknologi, melainkan bagian dari eksperimen sosial berskala global.
Kalau berhasil, mungkin ke depan kita akan melihat lebih banyak dompet serupa di konser musik, festival budaya, bahkan mungkin saat naik transportasi umum. Mimpi terlalu tinggi? Tidak juga. Siapa sangka satu pameran di Osaka bisa membuat blockchain terasa sangat manusiawi. [st]