Ke manakah arah harga Bitcoin berikutnya usai kripto nomor satu ini berulang kali mencoba merasuk ke ATH baru, lalu jatuh di bawah US$66 ribu?
Penurunan drastis BTC terjadi sejak awal Juni 2024 dari kisaran US$71.900 setelah terus menerus gagal merasuk ke ATH terbarunya, US$73.700 (14 Maret 2024). Pada Jumat kemarin saja, kripto wahid ini sempat ditutup di bawah SMA50 (US$65.900). Pada Sabtu petang, BTC naik sangat tipis di US$66.131.
Selama kuartal kedua tahun 2024, Bitcoin sebagian besar berkinerja buruk, turun sebesar 5 persen. Tekanan jual ini sebagian disebabkan oleh kapitulasi penambang Bitcoin setelah halving pada April 2024 lalu.
Konsolidasi harga baru-baru ini membuat beberapa investor percaya bahwa lonjakan harga untuk mata uang kripto terbesar di dunia ini mungkin sudah berakhir. Namun, data on-chain dari Lookonchain menunjukkan sebaliknya.
Di Tengah Koreksi, Ke Mana Arah Harga Bitcoin Berikutnya?
Di tengah koreksi hebat ini, ke mana arah harga Bitcoin selanjutnya? Karena berdasarkan beberapa grafik popular ini menunjukkan bahwa lonjakan harga Bitcoin masih tetap utuh.
1. Data berdasarkan grafik Bitcoin Price Rainbow, sebagai salah satu takaran jangka panjang, menunjukkan masih ada ruang kenaikan lebih lanjut, sehingga saat ini merupakan masa yang baik untuk melakukan akumulasi. Ini sekaligus menandakan arah harga Bitcoin berikutnya masih bisa naik lebih tinggi lagi.
2. Indeks Kekuatan Relatif (RSI) BTC saat ini berada di 69,9. Biasanya, RSI di atas 70 menunjukkan aset sudah jenuh beli, sehingga harga perlu turun terus. Sementara RSI di bawah 30 menunjukkan aset sudah jenuh jual. Dalam kacamata itu, arah harga Bitcoin belum mencapai puncaknya dan memiliki potensi naik lagi usai koreksi saat ini.
3. Moving Average 200-Week Heatmap yang memetakan pergerakan rata-rata arah harga Bitcoin per minggu dan proyeksi jangka panjang, menunjukkan masih berada di zona biru yang menandakan harga puncak belum tercapai. Ini memberikan sinyal hold ataupun akumulasi.
4. Sementara itu, berdasarkan data Cumulative Value Coin Days Destroyed (CVDD), jika harga Bitcoin mencapai garis hijau pada indikator CVDD, ini menunjukkan posisi undervalued dan peluang pembelian yang menguntungkan. CVDD saat ini menunjukkan bahwa BTC belum mencapai puncaknya.
5. Sedangkan menurut data dari grafik Bitcoin 2-Year Multiplier, BTC masih diperdagangkan di antara garis merah dan hijau. Kecuali jika menyentuh garis merah, tidak ada konfirmasi bahwa harga BTC telah mencapai puncaknya.
Level yang Harus Diperhatikan
Selama 10 hari terakhir, penjualan besar-besaran oleh whale Bitcoin telah terjadi, dengan kelompok ini menjual 50.000 Bitcoin senilai US$3 miliar dalam waktu singkat. Analis kripto terkenal Ali Martinez mencatat bahwa harga Bitcoin perlu cepat naik di atas US$66.254 untuk menghindari jatuh ke US$61.000.
Sebelumnya, CEO CryptQuant Ki Young Ju berpendapat bahwa harga masuk rata-rata untuk trader Bitcoin adalah sekitar US$47.000.
Dalam situasi bullish, harga BTC biasanya tetap di atas level ini. Bahkan dengan penurunan 27 persen, pasar masih bisa dianggap bullish.
Tekanan jual terhadap BTC saat ini juga diamini oleh Rachel Lin CEO SynFutures dilansir dari Kitco.
“Secara teknikal baik Bitcoin maupun Ethereum tampak bearish, tetapi ETH terlihat lebih buruk daripada BTC. Kecuali ETH segera mencapai level US$3.700, kita mungkin akan melihat penurunan lebih lanjut dalam beberapa hari dan minggu mendatang. Untuk BTC, level US$67.000 tetap menjadi level krusial,” ujar Lin.
Lin juga menyoroti tanda kelemahan lainnya datang dari data ETF. Pada 4 Juni, Bitcoin mengalami arus masuk bersih sebesar lebih dari US$886 juta, dan harga naik hanya 2,6 persen. Namun, pada 11 Juni, terjadi arus keluar bersih sebesar US$200 juta, dan harga turun sekitar 3,3 persen.
Lin mengatakan ini menunjukkan bahwa tekanan jual datang dari tempat lain, karena jumlah modal yang dibutuhkan untuk menurunkan harga koin secara signifikan lebih rendah daripada jumlah modal yang dibutuhkan untuk menaikkan harga.
Lihat BTC dalam Proyeksi Jangka Panjang
“Walaupun minggu ini mungkin tidak ideal dari perspektif portofolio jangka pendek, penting untuk diingat bahwa fundamental jangka panjang masih sangat menjanjikan. Kedua koin utama berada di dekat puncaknya, inflasi AS tampaknya mereda, dan iklim politik AS beralih dari anti-kripto ke pro-kripto. Ini adalah pengingat bahwa pasar kripto adalah permainan jangka panjang, dan penting untuk fokus pada gambaran besarnya daripada grafik per jam atau harian,” tukasnya.
Pendapat Lin ditegaskan pula oleh analisis dari Bernstein yang memprediksi arah harga Bitcoin akan mencapai puncak siklus sebesar US$200.000 pada tahun 2025, dan kemungkinan mencapai US$1 juta pada tahun 2033.
Faktor Tambahan yang Harus Dipertimbangkan
Walaupun indikator di atas memberikan alasan kuat untuk arah Harga Bitcoin, faktor lain juga memainkan peran penting dalam menentukan dinamikanya.
Faktor makroekonomi seperti tingkat inflasi, perubahan suku bunga, dan peristiwa geopolitik dapat secara signifikan mempengaruhi sentimen pasar.
Misalnya, jika inflasi terus meningkat, lebih banyak investor mungkin beralih ke Bitcoin sebagai lindung nilai, yang berpotensi mendorong harganya naik.
Atau ketika inflasi sudah pulih sepenuhnya dan The Fed mulai akan memangkas suku bunga, itu bisa jadi sinyal kuat untuk memulai akumulasi.
Baru-baru ini The Fed mengirimkan sinyal kuat, bahwa bank sentral AS itu akan mulai memangkas suku bunga acuan satu kali di tahun 2024 ini. [ps]