Bankir Rusia meyakini bahwa Yuan akan menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.
News Bitcoin mengutip Ketua bank terbesar kedua di Rusia mengatakan, bahwa ada alasan kuat untuk mengharapkan yuan Tiongkok menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia.
Rusia Tanam Investasi 70 Persen Hasil Perdagangan dalam Yuan
Ketua Bank VTB Rusia, Andrey Kostin menyoroti bahwa bank sentral Rusia telah mulai menginvestasikan cadangannya dalam yuan, dan lebih dari 70 persen dari total perdagangan antara Rusia dan Tiongkok diselesaikan dalam yuan bersama dengan rubel.
Kostin mengatakan dalam sebuah forum bisnis Rusia-Tiongkok di Shanghai minggu lalu bahwa yuan Tiongkok akan menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan dan penyelesaian dunia dalam 10 tahun mendatang.
“Ikatan perdagangan kita dengan Tiongkok akan semakin kuat,” katanya seperti yang dikutip oleh Sputnik.
Dia menambahkan, ada alasan kuat untuk mengharapkan yuan Tiongkok akan menggantikan dolar AS sebagai mata uang cadangan dan penyelesaian utama dunia pada dekade mendatang.
“Faktanya, bank sentral Rusia sudah menginvestasikan cadangannya dalam yuan, dan lebih dari 70 persen dari total perdagangan antara Rusia dan Tiongkok diselesaikan dalam yuan bersama dengan rubel,” lanjut Kostin.
Ketua Bank VTB menjelaskan bahwa sistem moneter dan keuangan yang telah berlaku selama beberapa dekade ini menjamin hegemoni AS dan sekutunya di Barat, dengan USD dan euro mencakup tiga perempat dari penyelesaian global.
Dia menekankan bahwa meskipun dolar AS adalah mata uang cadangan utama dunia, Barat secara kolektif, terutama AS, telah menggunakan USD sebagai senjata.
Pada bulan Februari, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi luar biasa dan luas terhadap Bank VTB dan Sberbank – dua bank terbesar di Rusia.
Rusia dan Tiongkok semakin memperkuat ikatan ekonomi mereka dan menggunakan mata uang nasional mereka dalam transaksi perdagangan.
Pada bulan April, yuan Tiongkok melampaui dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia.
Tren ini diperkirakan akan berlanjut di masa depan karena kedua negara tersebut berusaha mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar AS.
Banyak orang telah memperingatkan bahwa penggunaan dolar AS sebagai senjata akan menyebabkan dolar kehilangan status mata uang cadangan globalnya.
Sejumlah negara semakin mendorong penggunaan mata uang nasional untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar AS. Blok ekonomi BRICS telah meningkatkan upaya de-dolarisasi dan telah mengusulkan mata uang bersama.
Sepuluh negara Asia Tenggara telah setuju untuk mempromosikan penggunaan mata uang nasional dan baru-baru ini pejabat tinggi sembilan negara Asia bertemu di Iran untuk membahas langkah-langkah de-dolarisasi.
Namun, Dana Moneter Internasional (IMF) tidak melihat adanya pergeseran yang cepat dalam cadangan USD meskipun tren dedolarisasi yang meningkat. [ab]