Binance Beli Saham Media Forbes, Setara Rp2,8 Triliun

Binance beli saham media tertua dan berpengaruh, Forbes, setara Rp2,8 triliun. Bos Binance, Changpeng Zhao mengatakan langkah investasi itu untuk memperluas adopsi kripto. Pada tahun 2020, Binance pernah menggugat perusahaan media asal AS itu.

Pada tahun 2019 ia mengatakan, “ketika kami mengenali ada keunggulan pihak lain yang tidak bisa kami kalahkan, maka akuisisi adalah masuk akal.”

Pada November 2020, Binance menggugat perusahaan dan jurnalis Forbes atas artikel yang diterbitkan Forbes. Binance menilai artikel itu mencemari nama baik perusahaan bursa kripto itu. Kala itu Binance menuntut agar Forbes membayar ganti rugi dan menghapus artikel tersebut. Namun pada awal Februari 2021, Binance akhirnya menarik gugatan itu atas alasan yang kurang jelas.

Setelah beberapa waktu lalu anak perusahaan Telkom Indonesia memastikan telah bersepakat bekerjasama dengan Binance mendiri bursa kripto baru, kali ini Binance sebagai bursa kripto terbesar di dunia berinvestasi di perusahaan media ternama asal AS, Forbes.

Forbes sendiri kerap memberitakan terkait industri kripto, jauh sebelum media ternama internasional meliputnya. Pemimpin Redaksi Forbes juga sering membuat pernyataan dukungan tentang Bitcoin dan industri blockchain.

“Binance berinvestasi US$200 juta di Forbes, majalah dan penerbit digital berusia 104 tahun,” tulis CNBC, berdasarkan sumber anonim, Kamis (10/2/2022).

Lanjut CNBC, duit sebanyak itu akan membantu Forbes melancarkan rencana perusahaan media itu untuk segera melantai di bursa efek New York pada semester pertama tahun ini.

Dengan nilai investasi itu, menjadikan Binance sebagai salah satu dari dua pemilik terbesar Forbes setelah melantai nanti.

Perusahaan bursa  kripto itu juga akan mendapatkan dua jatah jabatan direktur dari total sembilan di kursi dewan direksi, sebut sumber itu kepada CNBC.

Dilansir dari Reuters, dua eksekutif senior Binance, Chief Communications Officer Patrick Hillman dan Bill Chin, Kepala Cabang Modal Ventura-nya, akan bergabung dengan dewan direksi Forbes.

“Saya memastikan bahwa keredaksian Forbes akan independen, tanpa campur tangan Binance,” kata juru bicara Binance, Simon Matthews kepada Reuters.

Sementara itu, Bos Binance Changpeng Zhao mengatakan di Twitter, bahwa langkah investasi itu untuk memperluas adopsi kripto, sebagai jembatan penghubung antara generasi muda dengan tua.

Kepada Forbes, CZ mengatakan: “Media adalah elemen penting untuk membangun pemahaman dan edukasi tentang blockchain dan kripto secara luas.”

Pihak perusahan Forbes juga memastikan bahwa investasi ini memperkuat visi mereka tentang masa depan teknologi digital.

“Dengan investasi Binance di Forbes, kami sekarang memiliki tambahan pengalaman, jaringan dan sumber daya,” kata Mike Federle, CEO Forbes.

 

Forbes didirikan lebih dari seabad yang lalu oleh kakek pemimpin redaksi dan kandidat presiden dua kali, Steve Forbes.

Pada tahun 2014, Forbes menjual 95 persen saham ke Integrated Whale Media yang berbasis di Hong Kong dengan nilai US$475 juta.

Forbes dikenal baik dengan konten yang dibuat oleh, baik kontributor tetap dan lepas. Cakupan audiens saat ini mencapai lebih dari 150 juta orang. Sedangkan Bos Binance, Changpeng Zhao punya kekayaan bersih sebesar US$96 miliar.

Sebenarnya banyak aksi investasi yang dilakukan oleh Binance, selain di sektor blockchain-kripto, akuisisi yang sangat yang menonjol adalah pada tahun 2020 lalu ketika mereka membeli situs popular, Coimarketcap.com, sekitar US$400 juta (Rp6,5 triliun).

Larry Cermak Direktur Riset TheBlock menilai aksi akuisisi itu bisa mencoreng reputasi Coinmarketcap.

“Ini akan melahirkan konflik kepentingan. Saya khawatir Coinmarketcap kelak sulit bersikap imparsial dan berpotensi mencoreng reputasinya,” kata Larry kala itu.

CZ: Belilah Kalau Tak Bisa Dikalahkan

Langkah akuisisi oleh Binance terhadap sejumlah perusahaan adalah lazim. Bagi sang CEO, Changpeng Zhao, akuisisi teramat penting.

“Seperti kata pepatah, ketika Anda tidak bisa mengalahkan mereka, belilah. Dan ini benar untuk semua akuisisi kami. Ketika kami mengenali ada keunggulan pihak lain yang tidak bisa kami kalahkan, maka akuisisi adalah masuk akal,” kata Changpeng Zhao, 29 Januari 2019 lalu di situs resminya.

Perusahaan Binance sendiri kerap dihardik oleh regulator di banyak negara, karena dituding tidak patuh terhadap peraturan-peraturan yang ada, khususnya praktis perlindungan konsumen dan pencegahan pencucian uang.

Akhir Januari 2022 lalu, berdasarkan hasil penyelidikan dari Reuters, diketahui bursa kripto Binance masih belum benar-benar bekerjasama dengan aturan dari regulasi. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait