Bitcoin Ambrol Rp42 Juta Kurang dari 24 Jam

Setelah Bitcoin menyentuh US$19.437 (Rp274 juta) pada malam kemarin, petang ini Raja Aset Kripto itu ambrol sekitar Rp42 juta. Tekanan kuat itu terjadi kurang dari 24 jam hingga di kisaran US$16.363,47. Kini Bitcoin berada di kisaran US$16.573.

Bagi Anda pendatang baru di belantika aset kripto, harga Bitcoin yang naik lalu turun sekejap mata itu mungkin sangat menakutkan.

Pasar Bitcoin memang demikian, sangat volatil, yang justru dianggap lebih menantang oleh sebagian trader. Maklumlah pasar aset kripto menganut pasar bebas dan terbuka.

Harga Bitcoin menjadi murah Rp42 juta, kurang dari 24 jam. Sumber: Tradingview.com.

Di antara gelombang naik-turun itulah trader bisa meraih cuan, terlebih-lebih di pasar derivatif menggunakan leverage. Cara ini terbilang sangat efektif, ketika volatilitas sangat tinggi seperti sekarang ini.

Bahkan di sisi lain, harga yang menjadi lebih murah itu adalah peluang untuk terus mengakumulasi.

Pada 20 Oktober 2020, jauh sebelum Bitcoin menyentuh US$19.000, sebenarnya volatilitas Bitcoin diperkirakan bakal melonjak tinggi.

Secara sederhana volatilitas adalah nilai lonjakan harga yang naik ataupun turun dengan sangat cepat, sebagai cerminan tingkat risiko yang dihadapi oleh trader.

Harga Bitcoin Turun? Ini Caranya Agar Tetap Cuan

Saat ini, satu indikator teknis menunjukkan bahwa lonjakan volatilitas yang besar sedang berlangsung. Per 20 Oktober 2020, lebar Bollinger Band Bitcoin telah turun di bawah 0,95 untuk pertama kalinya sejak tahun 2016.

Raoul Pal, CEO Global Macro Investor dan Real Vision Group, pada 7 Oktober 2020, mengungkapkan bahwa volatilitas Bitcoin dapat melonjak, di mana volatilitas historis 30 hari Bitcoin telah jatuh cepat dan sempat mencapai 20.

“Di masa lalu, ketika volatilitas naik 20 persen, harga melonjak 7 kali lipat. Harga Bitcoin pun naik 6 kali lipat dengan cepat ketika volatilitas mencapai 80 persen dalam beberapa bulan. Pada November 2018 penurunan tajam terjadi hanya sekali. Namun, demikian lonjakan harga tinggi bakal tiba,” kata Pal.

 

Misalnya, Bitcoin pernah mengalami penurunan besar dan pernah jatuh di bawah US$10.500 dalam beberapa menit.

Namun, Bitcoin menunjukkan perlawanan, mengambil kembali posisi US$10.500 dan bahkan naik setinggi US$11.400. Lantas Bitcoin pun ‘jadi nyaman’ di atas wilayah US$11.500.

Namun, dalam sudut pandang yang besar, volatilitas Bitcoin sebenarnya kian mengecil. Pada Mei 2020 lalu, Mike McGlone, Ahli Strategi Komoditas Bloomberg dalam kajiannya terbarunya, menulis, bahwa volatilitas Bitcoin 180 hari terendah sepanjang masa adalah penting sebagai sinyal bullish yang pernah terjadi mulai tahun 2015 dan berakhir pada 2017. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait