Harga Bitcoin melonjak lebih dari 7 persen pada Kamis (10/4/2025) usai AS lakukan jeda tarif impor selama 90 hari, namun analis menilai masih ada volatilitas lanjutan di depan.
Harga Bitcoin (BTC) mencatat lonjakan tajam lebih dari 7 persen pada Kamis (10/4/2025), menembus level US$83.000 dan mencetak kenaikan intraday tertinggi sejak Maret 2025. Kenaikan ini dipicu oleh keputusan mantan Presiden AS, Donald Trump, yang mencabut sementara tarif dagang global selama 90 hari, dengan pengecualian untuk Tiongkok.
Sementara itu, kapitalisasi pasar kripto global tercatat mengalami lonjakan signifikan dalam 24 jam terakhir, mencapai angka US$2,59 triliun. Angka ini mencerminkan kenaikan sebesar 5,73 persen, menandakan sentimen positif yang kuat di kalangan investor dan pelaku pasar digital. Peningkatan kapitalisasi ini turut mencerminkan minat beli yang tinggi terhadap aset-aset kripto utama, di tengah dinamika kebijakan global dan spekulasi terhadap arah ekonomi makro.
Trump mengganti rencana tarif tetap sebesar 10 persen untuk seluruh mitra dagang AS (kecuali Tiongkok) dengan kebijakan yang lebih fleksibel, yang kemudian disambut positif oleh pelaku pasar global. Imbasnya, sejumlah aset kripto lain seperti Ethereum (ETH), XRP, dan Dogecoin (DOGE) turut mencatatkan kenaikan signifikan dengan angka dua digit. Namun, meskipun harga melonjak, sinyal kehati-hatian tetap terlihat di pasar derivatif.
Dilansir dari Coinmarketcap pada Kamis petang, harga sejumlah aset kripto utama, tidak termasuk stablecoin, menunjukkan tren kenaikan signifikan dalam 24 jam terakhir, seiring dengan sentimen positif yang melanda pasar global. Bitcoin melonjak 5,87 persen dan diperdagangkan di kisaran US$82.005,54, memperkuat dominasinya di pasar dengan kapitalisasi melebihi US$1,6 triliun.
Ethereum (ETH) melonjak 8,35 persen menjadi US$1.603,51, diikuti oleh XRP yang menguat hampir 10 persen ke level US$2,00. Sementara itu, Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) masing-masing mengalami kenaikan 7,20 persen dan 6,62 persen.
Token lainnya yang juga mencatatkan lonjakan harga mencakup Cardano (ADA) yang naik 9,78 persen, Chainlink (LINK) sebesar 9,35 persen, dan Avalanche (AVAX) yang menguat 8,75 persen. Tron (TRX) dan BNB (BNB) mencatatkan kenaikan lebih moderat, masing-masing sebesar 4,59 persen dan 3,50 persen.
Sementara itu, Toncoin (TON) dan UNUS SED LEO (LEO) juga turut bergerak positif, masing-masing naik 2,08 persen dan 2,55 persen. Pergerakan ini menunjukkan adanya arus beli yang luas di antara aset kripto utama, mengindikasikan bahwa sentimen investor kembali membaik meski pasar masih dibayangi ketidakpastian global.
Data derivatif menunjukkan bahwa premi kontrak berjangka dua bulan BTC sempat melampaui batas netral 5 persen, namun tidak mampu mempertahankan tren tersebut. Selain itu, indikator delta skew 25 persen untuk opsi BTC—yang mencerminkan persepsi risiko pasar—sempat naik ke 12 persen sebelum turun kembali ke kisaran netral 3 persen usai kabar dari Trump.
“Secara teknikal ada dorongan harga yang kuat, tapi pelaku pasar besar belum sepenuhnya masuk secara agresif. Hal itu tercermin dari premi berjangka yang masih belum stabil, serta suku bunga pendanaan yang tetap berada di area netral,” ujar Fyqieh Fachrur, Analis Tokocrypto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (10/4/2025).
Bitcoin Melonjak, Waspada Konsolidasi dan Volatilitas Lanjutan
Fyqieh juga menyoroti ketidakpastian ekonomi global sebagai penentu utama arah harga selanjutnya, terutama menjelang rilis data inflasi dari Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Dalam beberapa hari ke depan, konsolidasi dan volatilitas masih akan mendominasi. Jika data inflasi menunjukkan tekanan yang lemah, peluang kenaikan menuju US$88.800 atau bahkan US$100.000 bisa terbuka. Namun jika sebaliknya, harga bisa kembali terkoreksi ke support level US$73.500,” jelasnya.
Sebelumnya, CEO BlackRock Larry Fink pada Senin (7/4) menyebut potensi koreksi pasar sebagai “kesempatan beli” strategis. Ia memperkirakan bahwa jika tarif tetap diberlakukan, pasar global bisa merosot hingga 20 persen. Namun, perubahan arah kebijakan oleh Trump justru memunculkan respons positif dari pelaku pasar.
Meski demikian, analis menegaskan bahwa level US$88.800 menjadi area resistensi kuat bagi BTC, yaitu level tertinggi yang terbentuk sebelum pengumuman tarif Trump di awal April. Sementara itu, indikator teknikal Detrended Price Oscillator (DPO) yang masih berada di zona negatif menandakan bahwa tren bullish jangka menengah belum sepenuhnya terkonfirmasi.
Dengan pasar masih menanti data ekonomi penting dari dua kekuatan utama dunia, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok, arah pergerakan Bitcoin berikutnya akan sangat bergantung pada dinamika kebijakan moneter dan proyeksi inflasi global. [ps]