Beberapa pekan terakhir, harga Bitcoin tampak didorong oleh satu faktor utama,yakni melemahnya dolar AS. Korelasi ini terlihat jelas ketika membandingkan indeks dolar AS terhadap Bitcoin.
Perusahaan peneliti aset digital, Delphi Digital menyatakan pemilik emas senang selama pekan-pekan terakhir, di mana pelemahan dolar AS dipadu dengan imbal hasil negatif, menciptakan lingkungan sempurna bagi emas dan logam mulia untuk berjaya.
Selain itu, peningkatan terbaru emas membuatnya menjadi salat satu aset terbaik tahun ini, mengalahkan pasar saham global sebanyak 34 persen. Perolehan sebesar 35 persen tahun ini merupakan kinerja terbaik emas sejak awal 1970.
Lonjakan emas hanya dikalahkan oleh Bitcoin, yang meroket 72 persen sejak awal tahun. Kinerja Bitcoin yang wahid itu menandakan bahwa investor benar-benar mulai melihatnya sebagai aset simpan nilai dan bisa memberikan keuntungan lebih besar dibandingkan investasi emas, terutama mengingat kondisi dolar AS yang lemah.
Anggapan bahwa dolar lemah tidak hanya disampaikan Delphi Digital. Qiao Wang, seorang quant trader, menghimbau trader untuk membedakan antara kondisi lingkungan normal dan tidak normal.
Kedua pandangnan itu bertolak belakang dengan pernyataan investor Raoul Pal yang meramalkan dolar AS akan semakin kuat sejak awal 2020, disebabkan kekurangan suplai yang mendorong meningkatnya harga.
“Raoul keliru soal dolar sejauh ini. Kerangka waktu itu penting, dolar AS bisa menguat minggu depan atau beberapa bulan, tetapi selama 2-5 tahun ke depan, kemungkinan besar akan turun,” jelas Wang.
Korelasi terbalik antara Bitcoin dan dolar AS didukung oleh analisis teknikal pada grafik harga. Akun Twitter Rekt Capital mendukung analisis itu, bahwa Bitcoin telah menembus level resistance penting. Harga Bitcoin kemungkinan tidak akan turun dibawah level tersebut, yaitu di level US$8 ribu.
Selain itu, Bitcoin berhasil ditutup pada harga mingguan di atas area resistance US$11.400 setelah konsolidasi dalam struktur lanjutan klasik.
Terakhir kali Bitcoin mencapai hal ini adalah di Desember 2017, sehingga harganya bisa lanjut meningkat ke US$12 ribu dan US$13 ribu, setelah mengalami pelemahan berturut-turut.
Tidak ada yang bisa menebak masa depan, tetapi utang global yang semakin membengkak, pertumbuhan ekonomi yang kurus dan neraca bank sentral yang membesar, berpotensi mengakibatkan pelemahan dolar dan investor mencari wilayah aman di aset seperti emas dan Bitcoin.
Pelemahan dolar tersebut, dipadu dengan investor ritel milenial dan Gen-Z yang serius membeli Bitcoin, bisa menjadi racikan sempurna munculnya bull market selama beberapa tahun. [forbes.com/ed]