Bitcoin Pizza Day 2025 dirayakan secara global serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Usai hari ini sentuh rekor baru, US$111 ribu, ke mana berikutnya?
Komunitas aset kripto merayakan Bitcoin Pizza Day 2025, momen ikonik yang merepresentasikan lahirnya perubahan besar dalam dunia keuangan digital. Peringatan ini menjadi simbol bahwa kehadiran kripto—terutama Bitcoin—ditujukan untuk menjangkau semua kalangan. Tanpa memandang latar belakang, siapa pun memiliki kesempatan untuk memulai perjalanan di dunia aset digital.
Di hari perayaan itu, BTC secara kebetulan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa baru di kisaran US$111.889 pada Selasa (22/5/2025) sebelum tengah hari, seolah-olah menegaskan adopsi besar Bitcoin yang benar-benar nyata.

Bitcoin Pizza Day berakar pada peristiwa bersejarah pada 22 Mei 2010, ketika Laszlo Hanyecz, seorang programmer asal Florida, membayar dua loyang pizza dengan 10.000 BTC, yang saat itu bernilai sekitar US$41. Jika dikonversi dengan nilai tukar Bitcoin saat ini, yang berada pada kisaran Rp1,8 miliar per BTC, maka harga dua pizza tersebut kini mencapai lebih dari Rp18 triliun—membuatnya tercatat sebagai transaksi pizza termahal sepanjang masa.

Di balik kisah unik itu, CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menekankan bahwa peringatan ini bukan sekadar perayaan.
“Ia mencerminkan perubahan mendasar dalam cara masyarakat memandang nilai uang dan teknologi. Dahulu hanya digunakan sebagai alat tukar di komunitas online, kini Bitcoin telah bertransformasi menjadi instrumen investasi yang sah dan diakui secara global, termasuk di Indonesia,” ujar Kizana dalam keterangan tertulisnya kepada Blockchainmedia.id, Kamis (22/5/2025).
Ia juga menggarisbawahi bahwa semangat untuk menciptakan sistem keuangan yang lebih inklusif tercermin dalam lonjakan minat masyarakat terhadap aset kripto. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa hingga Maret 2025, jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai 13,71 juta orang. Di sisi lain, volume transaksi tetap terjaga di angka sekitar Rp32 triliun, menunjukkan tingginya kepercayaan publik terhadap kripto sebagai instrumen investasi alternatif yang kian relevan.
Fenomena ini tidak hanya terjadi secara lokal. Sebuah laporan dari River menyebutkan bahwa sekitar 50 juta penduduk Amerika Serikat—setara dengan 14,3 persen dari total populasi—telah memiliki Bitcoin. Angka ini melampaui jumlah pemilik emas di negara tersebut, yang tercatat sekitar 36,7 juta orang. Bitcoin kini dianggap sebagai instrumen investasi yang adaptif terhadap inflasi dan menawarkan perlindungan terhadap masa depan keuangan pemiliknya.
Ketertarikan terhadap Bitcoin juga mulai meluas ke kalangan institusi. Salah satu contohnya adalah DigiAsia Corp, perusahaan teknologi finansial asal Indonesia, yang mengumumkan rencana membentuk cadangan aset digital dalam bentuk Bitcoin senilai Rp1,6 triliun. Langkah ini merupakan bagian dari strategi diversifikasi jangka panjang mereka di bidang keuangan.
DigiAsia tidak sendiri. Beberapa perusahaan global juga telah mengambil langkah serupa. Strategy, misalnya, kini tercatat memiliki lebih dari 576.000 BTC. Sementara itu, GameStop telah mengalokasikan sebagian dari dana hasil obligasi konversi senilai US$1,5 miliar untuk membeli Bitcoin. Perkembangan ini menjadi bukti bahwa aset kripto telah memasuki ranah strategi keuangan perusahaan-perusahaan besar.
Menurut Calvin, tren ini menegaskan bahwa Bitcoin semakin diterima sebagai elemen sah dalam portofolio keuangan. Ia melihat langkah berbagai institusi tersebut sebagai sinyal kuat bahwa adopsi aset digital tidak lagi terbatas pada individu.
“Keikutsertaan lembaga-lembaga besar diperkirakan akan memperkuat fondasi ekosistem kripto di Indonesia dan turut meningkatkan kepercayaan publik secara menyeluruh,” imbuhnya.
Ia menambahkan bahwa dengan perkembangan regulasi yang semakin baik dan tumbuhnya kesadaran masyarakat, Bitcoin serta aset kripto lainnya akan memainkan peran penting dalam struktur keuangan digital nasional di masa mendatang. Ia menegaskan bahwa teknologi kripto tidak hanya diperuntukkan bagi para trader profesional, tetapi merupakan sistem terbuka yang bisa dijalankan oleh siapa saja—mulai dari pelajar, karyawan, hingga pelaku usaha kecil. Seperti halnya Laszlo yang memulai dengan satu langkah kecil 14 tahun lalu, setiap tindakan hari ini bisa membentuk sejarah besar di masa depan.
Ke Mana Bitcoin Berikutnya?
Terpisah, berdasarkan data dari arsip Blockchainmedia.id, ada sejumlah sentimen positif serupa. PlanB, pencetus model Stock-to-Flow misalnya, tetap optimistis dan memperkirakan harga Bitcoin bisa melonjak ke level US$400.000 dalam beberapa bulan ke depan. Ia merujuk pada indikator RSI yang menunjukkan fase akumulasi besar, mirip dengan pola-pola historis sebelumnya.
Sejumlah proyeksi lain turut mengemuka seiring meningkatnya minat pasar terhadap arah harga BTC di paruh kedua tahun 2025. Robert Kiyosaki, penulis buku terkenal Rich Dad Poor Dad, memprediksi bahwa Bitcoin bisa mencapai US$1 juta pada 2035, seiring melemahnya nilai dolar AS dan potensi krisis ekonomi global. Ia menilai BTC sebagai pelindung nilai terhadap inflasi.
Lembaga riset 10x Research mencatat bahwa lonjakan harga BTC selama beberapa bulan terakhir mengikuti pola lompatan sekitar US$16.000, mulai dari level US$84.500 ke US$95.000 dan kemudian ke US$106.000. Target jangka menengah yang mereka tuju adalah US$122.000, berdasarkan kombinasi analisis makroekonomi dan data on-chain.
Sementara itu, Deepseek AI menawarkan tiga skenario berbeda. Dalam base case, BTC diperkirakan akan berada antara US$100.000 hingga US$150.000. Pada skenario bull case, harganya bisa mencapai US$200.000 hingga US$350.000. Namun, jika terjadi kondisi ekstrem seperti hiperinflasi dan adopsi besar-besaran oleh negara, BTC bisa menembus US$500.000.
Namun, tidak semua pandangan berpihak pada reli panjang. Xanrox, salah satu analis yang lebih berhati-hati, memperkirakan bahwa setelah menyentuh US$125.000 pada 2025, BTC berisiko mengalami koreksi signifikan hingga ke level US$50.000 pada 2026. Hal ini menjadi pengingat bahwa setiap siklus kenaikan umumnya disusul oleh fase penyesuaian harga.
Secara umum, lanskap prediksi harga Bitcoin untuk tahun ini dan ke depan mencerminkan optimisme yang besar terhadap aset kripto utama ini. Faktor seperti adopsi oleh institusi keuangan, perkembangan teknologi Layer 2, kemunculan ETF, serta ketegangan geopolitik global menjadi elemen utama yang diyakini akan memengaruhi arah harga BTC dalam waktu dekat maupun jangka panjang.
Pendekatan teknikal dari analis CobraVanguard mengindikasikan adanya pola inverse head and shoulders, yang jika terkonfirmasi bisa mendorong BTC menuju US$300.000 dalam 12 hingga 18 bulan. Sebaliknya, analis Apsk32 memanfaatkan korelasi historis antara harga emas dan BTC, menghasilkan proyeksi di kisaran US$250.000 untuk tahun ini.
Untuk jangka pendek, 10x Research sebelumnya menyebutkan bahwa harga BTC berpotensi mencapai US$120.000 sekitar awal Juli 2025, terutama didorong oleh tren akumulasi institusional. Analis Ali Martinez juga mendukung proyeksi kenaikan jika BTC mampu menembus resistensi di US$106.000, dengan target lanjutan di US$115.000. Ia juga menyoroti tren penarikan Bitcoin dari bursa, yang biasanya menjadi sinyal optimistis.
Beberapa investor besar atau whale Bitcoin generasi awal terlihat mulai mengurangi kepemilikan mereka secara bertahap sepanjang 2025, meskipun pasar tetap stabil dan tidak mengalami gejolak tajam. Data dari 10x Research menunjukkan bahwa distribusi aset dilakukan secara hati-hati dan strategis, dialihkan ke institusi seperti hedge fund, individu kaya, serta perusahaan seperti MicroStrategy. Menurut analisis mereka, pergerakan ini tidak mencerminkan aksi jual panik, melainkan strategi rotasi portofolio.
10x Research menilai bahwa selagi distribusi tersebut dapat diserap oleh investor institusional, arah harga BTC masih berpotensi melanjutkan tren naik. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa risiko justru muncul ketika para pemegang besar berhenti menjual. Dalam sejarah pergerakan harga Bitcoin, momen berhentinya distribusi sering kali diikuti oleh tekanan jual akibat minimnya permintaan baru. [ps]