CEO BlackRock, Larry Fink, membagikan pandangannya tentang ekonomi AS, di mana ia proyeksikan dolar AS bisa terancam di masa depan.
Eksekutif tersebut memperkirakan bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga setidaknya dua kali lagi, dengan menekankan bahwa The Fed belum selesai karena inflasi masih terlampau tinggi dan kaku.
Dolar AS Bisa Terancam?
Berdasarkan laporan Bitcoin News, Fink mengatakan bahwa meskipun ekonomi lebih tangguh daripada yang disadari pasar, masih terdapat masalah-masalah kecil, seperti sektor real estat komersial.
Bulan lalu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberi petunjuk bahwa the Fed mungkin akan menghentikan peningkatan suku bunga bulan ini.
“Saya hanya tidak melihat bukti penurunan inflasi, atau saya tidak melihat bukti bahwa kita akan mengalami penurunan yang sulit,” tambahnya.
Namun, ia meremehkan risiko resesi di AS, dengan menyatakan bahwa jika ini terjadi, kemungkinan hanya akan bersifat ringan.
Bos BlackRock itu memperingatkan bahwa drama seputar batas utang telah membuat dolar AS bisa terancam sebagai mata uang cadangan dunia.
Saya yakin kita akan memiliki resolusi, tetapi mari kita perjelas, AS membahayakan status mata uang cadangannya,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa perdebatan seputar batas utang, risiko AS gagal membayar kewajiban utangnya, dan kemungkinan penurunan peringkat kredit semuanya merupakan faktor-faktor estabilisasi bagi dolar AS.
“Kita sedang mengikis kepercayaan tersebut, yang pada akhirnya harus kita perbaiki dan bangun kembali,” tambahnya.
Minggu lalu, Fitch Ratings menyatakan bahwa peringkat kredit “AAA” AS tetap dalam pengawasan negatif meskipun kesepakatan batas utang baru-baru ini.
Sebelum Kongres mencapai kesepakatan batas utang, Moody’s mengatakan bahwa bahaya terbesar dalam jangka pendek terhadap posisi dolar berasal dari risiko kesalahan kebijakan yang merusak kepercayaan oleh otoritas AS sendiri.
Pada hari Sabtu (3/6/2023), Presiden Joe Biden menandatangani UU yang menghentikan batas utang pemerintah AS sebesar US$31,4 triliun, menghindari kemungkinan gagal bayar AS.
Menteri Keuangan Janet Yellen sebelumnya telah memperingatkan bahwa Departemen Keuangan tidak akan mampu membayar semua tagihan pemerintah pada tanggal 5 Juni jika Kongres tidak bertindak tepat waktu.
Di sisi lain, banyak pendukung Bitcoin yang melihat kripto pertama di dunia ini sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan kekhawatiran default AS.
Token Post melaporkan, para ahli percaya bahwa situasi seputar AS akan secara tidak sengaja dapat meningkatkan permintaan untuk Bitcoin.
Namun, ada spekulasi pula yang mengatakan bahwa kelanjutan dari kenaikan suku bunga The Fed justru dapat semakin menekan nilai Bitcoin. Mari kita saksikan. [st]