Selama diskusi di X Spaces pada hari Sabtu (22/2/2025), CEO Bybit, Ben Zhou, mendapat pertanyaan yang cukup kontroversial, apakah ia akan mendukung pengembalian blockchain Ethereum ke kondisi sebelum peretasan yang dilakukan oleh Lazarus Group pada hari Jumat (21/2/2025)? Dengan kata lain, apakah mungkin untuk membatalkan pencurian tersebut secara teknis?
Zhou tidak langsung memberikan jawaban pasti. Ia justru melempar gagasan bahwa keputusan seperti ini tidak bisa dibuat oleh satu individu saja.
“Saya tidak yakin apakah ini keputusan satu orang. Berdasarkan semangat blockchain, mungkin ini harus menjadi proses pemungutan suara untuk melihat apa yang diinginkan komunitas, tetapi saya tidak yakin,” ujar Zhou dalam diskusi tersebut.
Pernyataan ini sontak memicu perdebatan di komunitas kripto. Sejarah mencatat bahwa Ethereum pernah mengalami rollback pada 2016 setelah peretasan DAO yang menyebabkan kehilangan sekitar US$60 juta dalam ETH.
Langkah ini berujung pada perpecahan komunitas dan lahirnya dua blockchain, Ethereum Classic (ETC) yang mempertahankan transaksi asli, serta Ethereum (ETH) yang memilih menghapus kejadian peretasan dan melanjutkan sistem baru.
Rollback Ethereum: Deja Vu atau Solusi Logis?
Bayangkan Ethereum sebagai buku catatan digital besar yang digunakan semua orang. Pada tahun 2016, seseorang berhasil menghapus halaman penting dalam buku itu, mirip dengan bagaimana peretas menguras dana dari DAO.
Untuk mengatasi masalah ini, komunitas Ethereum memutuskan untuk “mengembalikan buku ke versi sebelumnya,” seolah-olah halaman yang dihapus tidak pernah hilang. Namun, tidak semua orang setuju.
Ada yang tetap ingin mempertahankan versi lama, sehingga Ethereum akhirnya terbagi menjadi dua. Ethereum Classic (ETC) menyimpan semua riwayat asli, termasuk transaksi peretasan.
Sementara itu, Ethereum (ETH) seperti buku yang telah dikembalikan ke kondisi sebelum peretasan dan kemudian berkembang dengan model konsensus proof-of-stake.
Dengan kata lain, rollback semacam ini adalah keputusan besar yang dapat mengubah jalannya sejarah blockchain. Pertanyaannya, apakah hal yang sama bisa dilakukan untuk kasus Bybit?
Bybit Diretas: ETH Senilai US$1,32 Miliar Raib
Dalam peretasan terbaru yang mengguncang dunia kripto, platform Bybit mengalami pencurian aset kripto dalam jumlah besar. Berdasarkan data dari Arkham Intelligence, aset terbesar yang dicuri adalah Ethereum (ETH), dengan total mencapai sekitar US$1,32 miliar.
Peretas diketahui memanfaatkan celah dalam sistem transfer antara cold wallet dan hot wallet milik Bybit.
Lebih lanjut, investigasi dari para analis blockchain, termasuk ZachXBT, mengaitkan insiden ini dengan kelompok peretas asal Tiongkok, Lazarus Group.
Grup ini terkenal dengan serangkaian peretasan besar dalam industri kripto dan diyakini memiliki keterkaitan dengan pemerintah Tiongkok. Dengan catatan kriminal yang panjang, Lazarus telah menjadi momok menakutkan bagi platform keuangan berbasis blockchain.
Keamanan Blockchain vs Hak Komunitas
Mengingat Ethereum pernah melakukan rollback di masa lalu, sebagian komunitas menganggap langkah serupa bisa diambil untuk kasus Bybit. Namun, tidak semua orang setuju.
Beberapa pihak menilai bahwa blockchain harus tetap tidak dapat diubah (immutable), dan jika rollback dilakukan, maka ini bisa menjadi preseden buruk di masa depan.
Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa jika komunitas setuju, mengembalikan transaksi sebelum pencurian bisa menjadi jalan keluar terbaik. Zhou sendiri tidak menutup kemungkinan bahwa keputusan semacam ini bisa saja terjadi jika ada kesepakatan komunitas.
Namun, apakah Ethereum akan benar-benar melakukan rollback lagi seperti 2016? Untuk saat ini, jawaban itu masih mengambang di tangan komunitas. [st]