BRICS Dipastikan Siap Tak Pakai Dolar AS Lagi

Langkah BRICS untuk menghadirkan mata uang baru untuk perdagangan global kian mantap, siap tak pakai dolar AS lagi.

Sebelumnya, BRICS telah menggemakan akan menggeser dominasi dolar AS di perdagangan global dengan akan menghadirkan mata uang alternatif baru.

Langkah ini telah menarik banyak negara untuk mengurangi ketergantungan mereka akan mata uang AS, di mana diketahui telah ada 19 negara yang siap dan berminat untuk bergabung dengan BRICS.

BRICS Siap Tak Pakai Dolar AS Lagi 

Berdasarkan laporan Daily Hodl, seorang anggota Parlemen Rusia mengatakan bahwa para Pemimpin negara BRICS telah mengerjakan kesepakatan untuk menghadirkan mata uang global baru.

Secara resmi, langkah tersebut dikerjakan agar mereka tak lagi pakai dolar AS dalam penyelesaian perdagangan global.

Ketua Komite Duma Negara di Pasar Keuangan, Anatoly Aksakov, memaparkan langkah BRICS untuk menciptakan mata uang alternatif yang akan menghilangkan peran dolar AS di dalam perdagangan global mereka.

Dalam konferensi pers yang diselenggarakan Koran Parlemen Moskow, Aksakov mengungkapkan negosiasi yang merinci bagaimana mata uang baru akan bekerja dan kesepakatan dapat selesai di akhir tahun 2023.

Mekanisme dari mata uang BRICS belum diselesaikan, tetapi itu kemungkinan akan didukung oleh emas, logam berharga dan aset lainnya.

Menurut Aksakov, AS telah keterlaluan dalam menggunakan dolar AS sebagai alat politik dan sanksi, menciptakan gerakan untuk menjauh dari hegemoni dolar AS.

“Dengan menghubungkan ekonomi dan mata uangnya dengan politik, AS secara praktis merusak fondasi dominasinya. Saya yakin pangsa dolar AS akan terus menurun dalam perdagangan dunia,” ujarnya.

Beberapa pengamat pun mulai melihat tanda akan runtuhnya dominasi dolar AS di perdagangan global dan sebagai mata uang cadangan.

Beberapa pengamat menilai mata uang cadangan nantinya akan tidak didominasi oleh satu mata uang saja, melainkan beberapa mata uang seperti yuan dan euro.

Bahkan, sebagian analis melihat peran Bitcoin untuk menjadi mata uang cadangan juga, tetapi regulasi yang belum jelas di AS membuatnya menjadi kabar yang kurang begitu menarik. [st]

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait