BTC Naik Bukan Karena Ekspektasi Spot Bitcoin ETF

QCP Capital, pemain utama dalam dunia perdagangan aset digital dan pembuat pasar, baru-baru ini menyajikan pandangan yang berbeda mengenai faktor-faktor di balik BTC yang naik melewati tanda US$35.000.

Bertentangan dengan narasi yang berlaku bahwa persetujuan spot ETF yang ditunggu-tunggu di AS mendorong reli tersebut, QCP Capital telah menawarkan analisis yang berbeda.

Alasan di Balik Harga BTC yang Naik 

Berdasarkan laporan Coin Edition, perusahaan ini berpendapat bahwa elemen-elemen makroekonomi adalah katalis sejati yang mendorong kenaikan Bitcoin.

Dalam analisis mereka yang terperinci, mereka menunjuk pada indikator ekonomi tertentu dan perkembangan kebijakan fiskal yang beriringan dengan lonjakan Bitcoin.

Misalnya, QCP Capital menyoroti perkiraan pasokan Treasuri terbaru untuk Q1 yang lebih rendah dari yang diharapkan, dan sikap dovish Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di AS. Faktor-faktor ini, menurut QCP Capital, adalah kunci dalam memahami tren bullish saat ini.

Tindakan FOMC yang terbaru, seperti yang dicatat oleh QCP Capital, telah menyebabkan penurunan yang signifikan pada hasil obligasi.

Penurunan hasil ini sering kali mendorong investor untuk mencari pengembalian yang lebih tinggi pada aset yang lebih berisiko dan Bitcoin telah menjadi penerima utama dari pergeseran ini.

Ketika obligasi tradisional menawarkan hasil yang kurang menarik, minat untuk investasi alternatif seperti Bitcoin tumbuh, yang berkontribusi pada reli ini.

Meskipun ada momentum positif ini, QCP Capital tetap berhati-hati dalam mendeklarasikan awal dari tren naik baru di pasar ekuitas dan obligasi global.

Mereka mengakui bahwa meskipun telah terjadi perubahan sentimen, khususnya koreksi dari pandangan yang terlalu pesimistis tentang obligasi, lingkungan makroekonomi yang lebih luas tidak mengalami perubahan signifikan.

Pandangan ini pun hampir serupa dengan mantan Bos BitMex Arthur Hayes, yang tidak melihat ETF sebagai alasan di balik harga BTC yang naik.

Hayes justru melihat itu didorong oleh pasar yang menyikapi tingginya aksi jual surat utang AS jangka panjang alias long term US treasury bond.

Dorongan aksi jual ini dinilai menjadi penyebab menurunnya bunga investasi bank sentral AS jadi 11 persen pada 20 September lalu. Ini menjadi pijakan kenaikan BTC dan emas.

Selain itu, pandangan tersebut juga didukung oleh ahli lain di bidang tersebut. Thomas Lee, salah satu Pendiri Fundstrat Global Advisors, dalam wawancara terbaru, juga mengurangi peran spot ETF.

Dia malah menyoroti masuknya investasi institusional sebagai kekuatan utama di balik kinerja Bitcoin yang baru-baru ini. Menurut Lee, hal ini dibuktikan oleh volume perdagangan yang memecahkan rekor di platform seperti Chicago Mercantile Exchange (CME).

Selanjutnya, Lee menunjuk pada antusiasme yang diperbarui dari investor Asia, yang sebelumnya kurang terlibat dalam ranah kripto.

Minat yang diperbarui dari Asia bukan hanya tren sesaat tetapi menunjukkan minat yang mendalam dari pemain utama di wilayah tersebut untuk terintegrasi ke dalam pasar kripto.

Wawasan Lee menunjukkan bahwa pasar Bitcoin sedang dalam proses pematangan, di mana semakin dilihat sebagai kendaraan investasi yang sah oleh lembaga keuangan arus utama.

Dukungan institusional ini kemungkinan akan memiliki efek stabilisasi pada pasar, karena investor-investor ini tidak hanya membawa modal tetapi juga tingkat profesionalisme dan ketelitian ke operasi pasar.

Selain itu, aktivitas di pasar Asia sangat menonjol. Secara historis, Asia telah memainkan peran penting dalam pasar kripto, dan kebangkitan saat ini menunjukkan perluasan basis pasar.

Hal tersebut berpotensi mengarah pada pasar kripto global yang lebih beragam dan tangguh.

Perubahan perspektif institusi terhadap Bitcoin dan aset digital lainnya bisa dikaitkan dengan beberapa faktor.

Itu termasuk kejelasan yang meningkat dalam kerangka kerja regulasi, pengembangan infrastruktur perdagangan yang lebih canggih dan pengakuan yang berkembang terhadap aset digital sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan devaluasi mata uang. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait