Pemandangan pantai berpasir putih dan resor mewah mungkin akan mendapat “tetangga baru” di Maladewa. Namun, kali ini bukan hotel atau vila, melainkan pusat keuangan digital bertema blockchain.
Berdasarkan laporan Financial Times, sebuah kantor keluarga asal Dubai, MBS Global Investments, telah mengumumkan komitmen investasi senilai US$8,8 miliar, setara Rp 145,2 triliun, untuk membangun proyek ambisius bernama Maldives International Financial Centre (MIFC).
Proyek ini tak hanya menjanjikan transformasi lanskap ekonomi Maladewa, tapi juga potensi besar di dunia teknologi keuangan digital Asia Selatan.
Proyek yang Lebih Besar dari Ekonominya Sendiri
Jika kamu berpikir proyek ini hanya sekadar mimpi tropis yang dilebih-lebihkan, coba pikir lagi. Nilai investasinya bahkan melebihi Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan Maladewa yang hanya sekitar US$7 miliar.
Dengan kata lain, negara kecil ini sedang membuka pintu untuk perubahan ekonomi skala besar. MIFC akan dibangun di ibu kota Malé, mencakup area seluas 830.000 meter persegi, dan dirancang untuk menjadi pusat keuangan yang ramah blockchain serta aset digital.
Lebih lanjut lagi, proyek ini ditargetkan mampu menampung hingga 6.500 penduduk dan membuka sekitar 16.000 lapangan kerja. Sebuah lompatan besar bagi negara kepulauan yang selama ini menggantungkan hidup pada pariwisata dan perikanan.
Harapan Baru Maladewa di Tengah Tumpukan Utang
Yang membuat proyek ini semakin relevan adalah situasi fiskal Maladewa. Dalam dua tahun ke depan, negara tersebut dihadapkan pada krisis pembayaran utang yang tidak kecil.
Tahun ini saja, ada sekitar US$600 hingga US$700 juta utang luar negeri yang harus dibayar, dan angka itu melonjak menjadi sekitar US$1 miliar pada tahun 2026. Maka, masuknya dana segar dari Dubai ini bukan hanya soal pengembangan infrastruktur, tapi juga menyangkut napas panjang ekonomi negara.
Di sisi lain, MBS Global Investments menyatakan bahwa mereka telah mengamankan dana awal antara US$4 miliar hingga US$5 miliar untuk mendanai proyek ini. Sisanya akan berasal dari kombinasi ekuitas dan utang yang tengah dalam proses penyusunan.
Ambisi Melampaui Batasan Geografis
Bisa dibilang, Maladewa mencoba keluar dari bayang-bayang sebagai destinasi liburan belaka. Dengan lokasi strategis di Samudra Hindia yang dekat dengan pasar besar seperti India dan negara-negara Teluk, potensi untuk menjadi simpul keuangan regional sebenarnya ada. Namun demikian, jalan menuju sana tentu tidak tanpa tantangan.
Persaingan ketat dengan pusat keuangan yang sudah mapan seperti Dubai dan Mauritius menjadi ujian tersendiri. Apalagi, infrastruktur digital dan hukum di Maladewa belum sepenuhnya matang untuk ekosistem blockchain.
“Kami percaya proyek ini bisa meningkatkan PDB Maladewa hingga tiga kali lipat dalam empat tahun ke depan dan menghasilkan pendapatan lebih dari US$1 miliar per tahun setelah tahun kelima,” ujar eksekutif utama di MBS Global Investments, Sheikh Nayef bin Eid Al Thani.
Blockchain dan Pantai: Kombinasi yang Tidak Biasa?
Sebagian mungkin bertanya-tanya, pantai eksotis dan teknologi blockchain, apa hubungannya? Tapi justru di sinilah menariknya. Dunia sedang berubah cepat, dan negara-negara kecil dengan keberanian tinggi bisa saja mencuri perhatian dunia.
Maladewa tampaknya paham bahwa masa depan tidak selalu harus datang dari pusat-pusat keuangan tradisional.
Proyek ini bisa menjadi contoh nyata bagaimana negara kecil berani mengambil langkah besar demi menciptakan peluang baru. Entah akan sukses besar atau hanya jadi catatan kaki sejarah, satu hal yang jelas, dunia akan memperhatikan langkah Maladewa yang satu ini.
Ingin tahu seperti apa wujud pusat blockchain di tengah samudra? Kita tunggu saja pembangunannya dimulai. Siapa tahu, suatu hari nanti, kita bisa menandatangani kontrak pintar sambil minum kelapa muda di pinggir pantai. [st]