Ekonom: Dunia Hadapi Yuan sebagai Alternatif Dolar AS

Ekonom Nouriel Roubini, yang juga dikenal sebagai Dr. Doom, memprediksi mata uang cadangan global akan bergeser dari unipolar menjadi bipolar. Dia mengharapkan negara mencoba mengurangi ketergantungan mereka dan menggunakan alternatif dolar AS.

Roubini tentang Yuan Tiongkok Sebagai Alternatif Dolar AS

Roubini adalah ekonom kepala di Atlas Capital dan juga Profesor Emeritus Ekonomi dan Bisnis Internasional di Sekolah Bisnis Stern New York University.

Nouriel Roubini, yang juga dikenal sebagai Dr. Doom, membahas masa depan dolar AS sebagai mata uang cadangan dunia.

Dia menjelaskan bahwa kebanyakan negara yang membentuk kelompok saingan untuk melawan AS dan mengurangi ketergantungan pada dolar berusaha untuk membangun sistem ekonomi, moneter, dan mata uang cadangan global alternatif dolar AS.

“Negara-negara sekutu ini akan bergerak ke arah mengusulkan RMB sebagai sistem alternatif untuk dolar AS. Kita akan beralih dari sistem mata uang cadangan global unipolar menjadi sistem mata uang cadangan global bipolar,” ujar Roubini.

Ini bukan pertama kalinya Roubini menyebut sistem mata uang bipolar. Pada bulan Februari, ia memperingatkan bahwa pembatasan yang semakin meningkat yang diberlakukan oleh pemerintah AS pada lawannya, dikutip dari News.Bitcoin.

Hal ini termasuk sanksi keuangan yang menjadi pendorong utama bagi munculnya sistem mata uang cadangan global bipolar dalam beberapa dekade mendatang.

India dan De-Dolarisasi

Permasalahan alternatif dolar AS ini juga dibahas Roubini yang dikaitkan dengan India secara khusus. Sambil mencatat bahwa kebijakan fiskal negara itu bisa lebih baik dengan penekanan Itu baik-baik saja.

Hal ini menjadi pengakuan bahwa India sebagai pasar negara berkembang yang menjanjikan.

Ekonom tersebut percaya bahwa India, bersama dengan beberapa pasar negara berkembang lainnya, akan menjadi kekuatan dominan dalam beberapa tahun dan dekade mendatang, terutama dengan pelaksanaan reformasi tambahan.

Sebagai hasilnya, ia menganggap pasar-pasar ini sebagai destinasi investasi yang menjanjikan baik untuk pasar pendapatan tetap maupun pasar saham.

Dr. Doom tidak mengharapkan India akan bergabung dalam gerakan de-dolarisasi meskipun kemungkinan munculnya sistem mata uang alternatif.

Dia percaya bahwa persaingan strategis India dengan Tiongkok berarti negara itu mungkin tetap lebih sejalan dengan sistem mata uang Barat daripada RMB.

“Saat ini India mungkin membutuhkan minyak, energi, makanan, dan pupuk dari Rusia, tetapi ketergantungan tersebut dapat berubah dari waktu ke waktu,” ujar Roubini.

Negara-negara BRICS dilaporkan sedang bekerja untuk mengembangkan bentuk mata uang baru sebagai alternatif dolar AS yang akan mengurangi ketergantungan mereka pada dolar.

BRICS saat ini terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan, tetapi beberapa negara lain telah menyatakan minat mereka untuk bergabung dengan blok tersebut, termasuk Argentina, Iran, Indonesia, Turki, Arab Saudi, dan Mesir.

Sepuluh negara Asia Tenggara yang merupakan anggota Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) juga telah sepakat untuk menggunakan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan dan investasi lintas batas di wilayah tersebut. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait