CEO Tesla, SpaceX dan Twitter Elon Musk menuding ChatGPT telah dilatih oleh perusahaan di belakangnya untuk sebar kebohongan.
ChatGPT adalah model bahasa besar yang dilatih oleh OpenAI, berdasarkan arsitektur GPT-3.5. ChatGPT mampu melakukan berbagai tugas bahasa alami, seperti menghasilkan teks, menerjemahkan, menjawab pertanyaan dan masih banyak lagi.
ChatGPT dibangun dengan menggunakan teknologi pembelajaran mesin yang memungkinkan model ini belajar dari data dan menghasilkan teks yang sangat mirip dengan bahasa manusia.
ChatGPT digunakan di berbagai aplikasi, seperti chatbot, asisten virtual dan pemrosesan bahasa alami.
Elon Musk Kritik Microsoft
Berdasarkan laporan Bitcoin News, CEO Tesla tersebut mengumumkan akan menghadirkan AI sendiri untuk menyaingi ChatGPT, yang ia tuding telah menebar kebohongan.
Platform AI baru tersebut disebut dengan TruthGPT, yang ingin memahami alam semesta dengan lebih baik tanpa harus membahayakan manusia.
Dalam sebuah kritik, Elon Musk mengatakan bahwa Microsoft dan OpenAI telah melatih ChatGPT untuk berbohong, sembari meyakini bahwa OpenAI kini menjadi organisasi sumber tertutup untuk meraup cuan melalui bantuan Microsoft.
Selain itu, CEO Twitter tersebut juga melayangkan kritik kepada co-Founder Google Larry Page karena tidak menganggap serius keamanan AI.
“AI lebih berbahaya daripada, katakanlah, desain pesawat yang salah urus atau pemeliharaan produksi atau produksi mobil yang buruk… Ada potensi risiko bagi masyarakat ,” ujar Musk.
Ia pun mengklaim, TrustGPT akan menjadi AI pencari kebenaran maksimum untuk memahami sifat alam semesta. Ia pun mengklaim bahwa TrustGPT akan menjadi jalan terbaik menuju keselamatan yang tidak akan memusnahkan manusia.
Menggunakan Data Twitter
Watcher News melaporkan bahwa, Elon Musk juga mengancam Microsoft karena telah menggunakan data Twitter untuk pelatihan ChatGPT.
Itu terjadi tak lama setelah Microsoft menendang Twitter dari platform periklanannya, menolak membayar biaya API aplikasi.
Tetapi menurut para ahli ilmu komputer, Platform AI mana pun tetap memicu kontroversi dengan beberapa hasil yang meresahkan.
“Moderasi konten pada AI menimbulkan tantangan yang sah bagi desainer, yang harus menentukan pesan mana yang cukup ofensif atau menjijikkan untuk memerlukan intervensi… Perlindungan adalah hal yang utama,” ujar para Ahli, dilansir dari ABC News.
Membuat platform AI menjadi adil dan netral juga menjadi pertanyaan besar, termasuk di sektor politik yang biasanya menjadi tren dalam beberapa tahun sekali. [st]