FTX Pantas Bangkrut, Laporan Keuangan Saja Ngawur

Setelah ditunjuk sebagai likuidator FTX di awal pekan ini, John J Ray III mendapati borok penyebab runtuhnya bursa kripto yang pernah jadi terbesar di dunia itu. Dalam temuannya, laporan keuangan yang ngawur termasuk penyebab FTX pantas bangkrut.

John Ray, yang pernah menangani hal serupa dalam skandal Enron, mengatakan skandal yang terjadi di dalam FTX bahkan lebih parah daripada Enron. Demikian dikutip The Telegraph.

Sebelumnya diberitakan, Komisi Sekuritas Bahama, Senin (14/11/2022) waktu setempat, menyetujui likuidasi aset FTX serta menunjuk PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai likuidator sementara, untuk mengawasi aset bursa kripto FTX yang telah bangkrut. Demikian disampaikan dalam keterangan kepada media.

Bursa kripto FTX.com pimpinan Sam Bankman-Fried (SBF), resmi menyatakan bangkrut pada Jumat (11/11/2022). Menyusul pernyataan, itu ‘kursi panas’ kepemimpinan kemudian diserahkan pada John Ray.

Sebagai langkah perdana dalam peran barunya di FTX, John J Ray III mengajukan kebangkrutan Bab 11 dengan mengatakan itu adalah langkah penting dalam mengembangkan rencana untuk merestrukturisasi crypto exchange tersebut.

Laporan Keuangan Abal-abal

John Ray, pada Rabu (16/11/2022) kemarin, memberikan laporan kepada pengadilan kebangkrutan AS. 

“Tidak pernah dalam karir saya, saya melihat kegagalan total kontrol perusahaan dan tidak adanya informasi keuangan yang dapat dipercaya di FTX,” demikian tercantum dalam laporan Ray ke pengadilan di AS.

Ray mengatakan, perusahaan FTX dijalankan oleh secuil individu yang tidak berpengalaman.

Pihak Ray mengklaim, nilai wajar aset digital FTX adalah hanya sekitar US$659.000. Namun, para investor menilai perusahaan ini sebesar US$32 miliar sebelum peristiwa yang menyebabkan keruntuhannya. Menurutnya, ini mungkin salah satu penyebab kasus kebangkrutan terburuk dalam kripto dan industri keuangan.

Selain itu, Ray juga mengklaim SBF dan petinggi FTX lainnya mengambil miliaran pinjaman dari perusahaan. Di mana, pinjaman ini bernilai lebih dari US$7 miliar. 

Ray menyatakan, grup FTX tidak mempertahankan kendali terpusat atas kas perusahaan. Kegagalan prosedur pengelolaan kas antara lain tidak adanya daftar rekening bank dan penandatangan rekening yang akurat. 

“Grup FTX tidak menyimpan pembukuan dan catatan yang sesuai, atau kontrol keamanan, sehubungan dengan aset digitalnya,” lanjut Ray dalam laporannya.

Selain itu, Grup FTX diduga menggunakan dana perusahaan untuk membeli rumah, barang pribadi, dan aset lainnya untuk pemilik dan sejumah penasihatnya. Informasi keuangan rahasia, termasuk private key dompet kripto yang melindungi dana pengguna, dibagikan melalui di medium komunikasi yang tidak aman, seperti lewat akun e-mail pribadi

Atas dasar temuan ini, Ray mendesak pengadilan untuk tidak bergantung pada laporan keuangan yang dibuat oleh mantan CEO Sam Bankman-Fried.

Ray menyoroti kurangnya kontrol internal dan kesulitan menetapkan dengan tepat aset apa yang dimiliki dan dikendalikan FTX. 

“Perusahaan tampaknya telah membayar properti di Bahama yang didaftarkan kepada individu, bukan perusahaan,” kata Ray.

Mantan administrator Enron itu juga mempertanyakan kredensial perusahaan audit yang menandatangani keuangan FTX.

“Perusahaan audit tersebut mencatat bahwa perusahaan baru-baru ini membual membuka kantor di dunia maya metaverse Facebook,” ujarnya. 

FTX, yang berbasis di penthouse mewah Bahama, mengajukan perlindungan kebangkrutan di AS minggu lalu. FTX diduga menyelewengkan dana pengguna FTX. 

Sumber Bloomberg menyebutkan, para petinggi Alameda mengetahui bahwa dana kiriman dari FTX merupakan dana milik pengguna crypto exchange itu. Padahal Sam Bankman-Fried pada tahun lalu menyatakan, pengelolaan dana antara kedua perusahaan itu terpisah. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait