Goldman Sachs Siap Kucurkan Dana Investasi ke Proyek Crypto Korban Keruntuhan FTX

Bank Investasi Goldman Sachs tengah membidik perusahaan kripto korban skandal FTX yang mulai jatuh bergelimpangan. Meski bukan bertema dermawan, minat investasi di tengah reset industri ini menunjukkan adanya peluang jangka panjang ranah crypto.

Kepada Reuters, Eksekutif Goldman Sachs Matthew McDermott mengatakan pihaknya telah melakukan uji tuntas pada beberapa perusahaan kripto.

“Goldman memang melihat beberapa peluang yang sangat menarik, dengan harga yang jauh lebih masuk akal,” kata McDermott dalam sebuah wawancara, bulan lalu.

Imbas efek domino keruntuhan FTX telah menelan banyak korban, termasuk sejumlah korporat kripto yang menyebabkan nilainya turut melorot. 

Melihat peluang itu, perusahaan jasa keuangan Goldman Sachs ingin masuk dan menginvestasikan jutaan dolar untuk membeli atau berinvestasi di perusahaan crypto yang sementara ini harganya rendah.

“Ini pasti membuat sentimen pasar kembali membaik, tidak perlu diragukan lagi,” kata McDermott. 

Dalam penelusuran Reuters, jumlah investasi yang hendak dikucurkan Goldman tidak besar jika menilik kelasnya di elit Wall Street. 

“Namun, kesediaan Goldman Sachs untuk terus berinvestasi di tengah gejolak sektor ini menunjukkan adanya peluang jangka panjang,” demikian ditulis dalam reportase media tersebut.

Goldman sendiri telah berinvestasi di 11 perusahaan aset digital yang menyediakan layanan seperti Compliance, data cryptocurrency, dan manajemen blockchain.

Bergabung dengan Goldman pada tahun 2005, McDermott menjadi penggerak untuk menjalankan bisnis aset digitalnya setelah menjabat sebagai kepala pembiayaan lintas aset.

Goldman Sachs juga bersama MSCI dan Coin Metrics meluncurkan layanan data Datonomy, yang bertujuan mengklasifikasikan aset digital berdasarkan cara penggunaannya.

“Perusahaan (Goldman) juga membangun teknologi ledger terdistribusi pribadinya sendiri,” kata McDermott.

Dalam laporan terpisah, Forbes menyampaikan bahwa benang merah dari upaya akuisisi Goldman, adalah bahwa perusahaan-perusahaan ini secara aktif mengembangkan elemen infrastruktur blockchain yang dapat digunakan dalam perdagangan dan penyelesaian aset digital.

“Faktanya, perusahaan (Goldman) telah menjadi investor dalam industri crypto selama bertahun-tahun,” demikian laporan Forbes. 

Selain itu, Goldman baru-baru ini meluncurkan platform tokenisasi yang memproses obligasi euro senilai US$100 juta dari Bank Investasi Eropa bersama dengan Santander dan Societe Generale. 

Goldman Sachs Lirik Proyek Kripto Gegara FTX

Merujuk situs data CoinMarketCap, pasar cryptocurrency global memuncak pada US$2,9 triliun pada akhir 2021, tetapi telah kehilangan sekitar US$2 triliun tahun ini karena bank sentral memperketat kredit dan serangkaian kegagalan perusahaan terkenal. Dan, terakhir mencapai US$865 miliar pada 5 Desember.

Menurut McDermott, efek riak dari keruntuhan FTX telah meningkatkan volume perdagangan Goldman, karena investor berusaha untuk berdagang dengan rekanan yang diatur dan dikapitalisasi dengan baik.

“Yang meningkat adalah jumlah lembaga keuangan yang ingin berdagang dengan kami,” katanya. 

Selain itu, Goldman juga melihat peluang lapangan kerja karena perusahaan crypto dan teknologi kehilangan staf.

Kemampuan melihat peluang bisnis di balik kehancuran kripto juga dialami pihak lain. Seperti Britannia Financial Group sedang membangun layanan terkait cryptocurrency

“Perusahaan kami bertujuan untuk melayani pelanggan yang ingin melakukan diversifikasi ke mata uang digital, tetapi belum pernah melakukannya sebelumnya, kata CEO Mark Bruce kepada Reuters, baru-baru ini.

Bruce mengatakan, Britannia juga akan melayani investor yang sangat akrab dengan aset, tetapi masih risau untuk menyimpan dana di bursa crypto sejak keruntuhan FTX.

“Inggris mengajukan lebih banyak lisensi untuk menyediakan layanan crypto, seperti melakukan kesepakatan untuk orang kaya,” dia menimpali.

Apa Itu Sequoia Capital yang Minta Maaf Setelah Rugi Investasi US$150 Juta di FTX?

FTX mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di Amerika Serikat pada 11 November setelah keruntuhannya yang dramatis, memicu kekhawatiran akan penularan dan memperkuat seruan untuk lebih banyak regulasi crypto.

“Pelanggan telah kehilangan kepercayaan pada beberapa bisnis muda di sektor yang murni melakukan crypto, dan kini merekamencari rekanan yang lebih tepercaya” pungkas Bruce. 

Cryptocurrency exchange FTX memiliki utang sebesar US$3,1 milyar atau setara dengan Rp48,63 triliun (asumsi kurs Rp15.688 per dolar AS) kepada 50 kreditur terbesarnya.

Mengutip CNA, dalam pengajuan pengadilan pada Sabtu (19/11/2022), bursa kripto tersebut berutang sekitar US$1,45 miliar kepada sepuluh kreditur utamanya.

Sementara dari laporan Forbes, dikutip Selasa (15/11/2022), setidaknya dua pemegang saham utama menandai investasi mereka di FTX turun menjadi US$0 yakni perusahaan modal ventura Sequoia dan, kabarnya, firma Paradigm yang berfokus pada kripto.

Ini berarti kerugian investor FTX terbatas pada US$1,8 miliar atau lebih dari yang mereka masukkan ke dalam bisnis. Tapi kerugian di atas kertas mereka jauh lebih tinggi. [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait