Harga BTC Bersiap Menuju US$40 Ribu, Kapan?

Meski sempat merosot, harga Bitcoin (BTC) tampak masih bersiap untuk melanjutkan relinya, menuju US$40.000.

Sebelumnya, harga kripto utama telah jatuh dari puncak harian US$28.000 pasca keputusan The Fed terkait kenaikan suku bunga dan serangan SEC AS terhadap Coinbase.

Nasib Harga Bitcoin (BTC) 

Berdasarkan laporan Cointelegraph, volatilitas pada Bitcoin masih tinggi di tengah sentimen yang dianggap mampu menjatuhkannya.

Tertangkapnya Pendiri Terraform Labs, Do Kwon, juga tak diindahkan oleh investor, terus membawa harga BTC pulih dari kejatuhan hari Rabu (22/3/2023).

Meski Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal akan menahan kenaikan suku bunga berikutnya, para pengamat beranggapan bahwa penurunan Bitcoin belum lama ini adalah suatu hal yang berlebihan.

“Pastikan untuk mengingat kepanikan dan minat [untuk masuk] di [harga yang] lebih rendah saat Anda mengalami penurunan selama tren naik di HTF (high time-frame),” ujar trader kripto popular Crypto Chase.

Analis dan trader popular lainnya bernama akun Crypto Ed juga masih memiliki pandangan bullish pada harga BTC, karena tren kenaikan masih dalam jalurnya.

Saat SEC AS menargetkan Coinbase, atmosfer di pasar kripto masih positif, dengan pemulihan harga BTC yang dibangun secara perlahan dan konsisten.

Salah seorang trader ternama bernama akun Kaleo juga melihat tanda bullish yang masih eksis di pasar, memprediksi harga Bitcoin akan menargetkan US$40.000 dalam dorongan kenaikan berikutnya.

Sama seperti Kaleo, analis di Cointelegraph Michael van de Poppe juga melihat target US$40.000 untuk harga BTC, dan itu untuk target jangka panjang.

Hiperinflasi adalah apa yang saat ini dikhawatirkan oleh banyak orang, di mana ini tampak termasuk dalam peringatan yang telah lama digaungkan oleh Robert Kiyosaki.

Penulis buku terlaris Rich Dad Poor Dad tersebut mengatakan bahwa, dolar AS akan runtuh akibat langkah agresif The Fed. Ia menyarankan pengikutnya untuk membeli lebih banyak emas, perak dan kripto utama Bitcoin.

Saat ini, harga tiga aset tersebut memang tengah mengarah ke Utara, yang kemungkinan disebabkan oleh kekhawatiran para investor akan terjadinya hiperinflasi, atau resesi, yang akan menguras nilai mata uang fiat seperti dolar AS. [st]

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait