Prediksi harga Bitcoin (BTC) kembali jadi bahan perbincangan. Kali ini bukan dari lembaga keuangan besar atau CEO bursa kripto, melainkan dari seorang analis independen bernama Apsk32.
Analis tersebut punya pendekatan yang terbilang unik. Alih-alih melihat harga Bitcoin dalam dolar AS seperti kebanyakan orang, ia malah membandingkannya dengan harga emas. Dan dari situlah muncul prediksi mengejutkan, di mana Bitcoin berpotensi mencapai harga di atas US$200.000 pada tahun 2025.
Model yang ia gunakan disebut “power curve,” dan ini bukan sekadar alat teknikal biasa. Secara sederhana, Apsk32 mencoba memetakan kapitalisasi pasar Bitcoin dalam satuan ons emas, bukan uang fiat, lalu memproyeksikan pergerakannya mengikuti kurva yang halus sejak puncak pasar tahun 2017.
Hasil dari pemodelan itu menunjukkan bahwa bila posisi Bitcoin terhadap emas terus membaik, maka lonjakan nilainya bisa melampaui ekspektasi umum.
Hubungan Bitcoin dan Emas Makin Dekat?
Membandingkan Bitcoin dengan emas tentu bukan hal baru. Keduanya sering dianggap sebagai aset lindung nilai.
Tapi ketika Apsk32 mengukur pergerakan harga BTC terhadap harga emas, ia menemukan bahwa BTC cenderung mengikuti tren emas dengan jeda waktu sekitar 100 sampai 150 hari. Artinya, saat emas mulai naik dan mencetak rekor tertinggi, Bitcoin biasanya akan menyusul beberapa bulan kemudian.
Yang menarik, awal tahun ini emas sempat menyentuh angka US$3.500 per ons. Jika pola keterlambatan ini terus berlanjut, maka bukan tidak mungkin Bitcoin akan mengalami puncak bull market besar dalam kurun satu tahun ke depan.
Dan itulah yang menjadi dasar dari proyeksi harga di atas US$200.000, bahkan bisa menyentuh US$250.000 menurut Apsk32.
“Posisi Bitcoin relatif terhadap emas telah meningkat pesat sejak April. Ini adalah indikator yang memberi saya harapan untuk keuntungan yang lebih tinggi dari yang diharapkan akhir tahun ini,” ujar Apsk32 dalam sebuah cuitan.
Bukan Sekadar Grafik Cantik, Tapi Ada Logikanya
Kalau dilihat sepintas, metode seperti ini terdengar agak nyeleneh. Tapi mari kita bandingkan dengan dunia nyata. Misalnya, ketika seseorang menilai kekayaan seseorang bukan dalam dolar AS, tapi dalam jumlah emas yang mereka miliki.
Ini cara pandang yang lebih stabil di tengah ketidakpastian inflasi dan kebijakan moneter dari bank sentral di AS maupun negara lain.
Dengan pendekatan serupa, Apsk32 ingin menghindari bias dari pergerakan nilai dolar AS yang terus berubah. Ia memilih tolok ukur yang lebih “abadi,” yakni emas. Dan jika Bitcoin benar-benar menyaingi emas sebagai aset penyimpan nilai, maka secara logika, bukan mustahil nilainya pun akan naik sebanding.
Tetap Harus Pakai Kaca Mata Realistis
Meski kedengarannya menarik dan memberi harapan besar bagi investor, tetap saja perlu diingat bahwa prediksi adalah sekadar prediksi. Perlu kita anggap bahwa target US$250.000 adalah skenario optimis, bukan kemungkinan utama.
Bahkan dengan semua dukungan data dan model matematis, pasar tetap bisa berubah arah karena faktor-faktor tak terduga.
Belum lagi, sejumlah analis lain juga punya versi masing-masing soal proyeksi harga Bitcoin. Beberapa bahkan menyebut angka yang lebih tinggi, seperti US$444.000, jika pola lima tahun sebelumnya kembali terulang.
Tapi sejujurnya, di pasar kripto, kita semua tahu bahwa “kalau” adalah kata yang sering membuat orang kehilangan uang kalau tidak berhati-hati.
Yang membuat proyeksi Apsk32 makin masuk akal adalah fakta bahwa halving Bitcoin sudah terjadi pada 2024. Biasanya, setelah halving, pasokan baru Bitcoin jadi lebih langka, dan ini sering kali memicu reli harga di tahun berikutnya.
Di sisi lain, adopsi institusional juga makin kuat. spot Bitcoin ETF di AS telah menarik miliaran dolar AS dalam waktu singkat, yang tentu saja memperkuat fundamental jangka panjang BTC.
Lebih lanjut lagi, model pertumbuhan jaringan seperti “power law,” yang berdasarkan hukum Metcalfe, juga menunjukkan bahwa nilai sebuah jaringan seperti Bitcoin akan terus naik seiring dengan pertambahan pengguna aktif.
Kombinasi antara faktor teknikal dan makroekonomi inilah yang menjadi bahan bakar bagi para analis untuk berani memprediksi hal besar.
Jadi, Siapkah Kita Melihat Bitcoin Setara Rumah Mewah?
Pertanyaannya sekarang, apakah kita benar-benar akan melihat satu BTC setara dengan rumah mewah di Jakarta atau apartemen di pusat kota Tokyo? Jawabannya tergantung pada banyak hal, seperti sentimen pasar, kebijakan pemerintah dan tentu saja psikologi para investor itu sendiri.
Tapi setidaknya, pendekatan Apsk32 memberi kita perspektif baru. Bahwa dalam menilai nilai Bitcoin, kita bisa melihat dari sisi kekayaan riil seperti emas, bukan hanya dari grafik candlestick yang bikin jantung berdebar tiap lima menit.
Untuk sekarang, mungkin lebih bijak untuk tetap mengamati pergerakan pasar sambil mengingat bahwa di dunia kripto, apapun bisa terjadi, dan terkadang, yang paling tak masuk akal justru menjadi kenyataan. [st]