Harga BTC Ditargetkan Melandai ke US$84.501

Analis CobraVanguard menyebutkan harga BTC ditargetkan akan melandai ke US$84.501 dalam jangka pendek.

Harga BTC sebelumnya menyentuh rekor tertinggi di US$93.434 pada Rabu (13/11/2024). Ia lalu terdesak ke bawah US$87.145 pada Jumat (15/11/2024) dini hari, kemudian beranjak ke US$91.824 pada Sabtu.

Terpantau pada Minggu siang hari ini, kripto berkapitalisasi pasar US$1,8 triliun itu berada di kisaran US$90.572.

Sinyal dari indikator Fibonacci Retracement pada time frame 4 jam tergambar rekor tertinggi sepanjang masa itu merupakan level tertinggi pada indikator itu yang menyiratkan batas resistensi besar pada harga BTC.

harga BTC berada di zona jenuh beli

Pun lagi di saat yang sama data RSI sudah berada di wilayah jenuh beli di 89,77 sehari sebelum menyentuh ATH itu.

Kendati pada Jumat RSI mulai beranjak dari 50 poin, lalu hari ini menjadi 57 poin, harga relatif tampil sideways dan cenderung akan terus tertekan.

Indodax ungkap Alasan Bitcoin Kalahkan Perak dan Saudi Aramco

Harga BTC Diterawang Tertekan ke US$84.501

Setelah BTC menyentuh ATH baru, pada dua hari lalu analis popular di TradingView, CobraVanguard memprakirakan Bitcoin akan terus tertekan dan ditargetkan menjadi US$84.500.

“Bitcoin telah menyelesaikan gelombang kenaikan ke-5, dan sekarang saatnya untuk koreksi harga ke sekitar US84 ribu. Harga dapat mengalami koreksi terlebih dahulu sebelum melanjutkan pertumbuhannya. Setiap tren naik harus mengalami koreksi, itulah sifat alami pasar,” tulisnya.

Dalam grafik yang ia bagikan, tertera sasaran penurunan lanjutan crypto itu bisa ke kisaran US$86.109 hingga US$84.501, sebelum naik ke US$97.442.

skenario penurunan harga BTC sebelum naik lebih tinggi

Pernyataan CobraVanguard menggambarkan analisis teknikal yang didasarkan pada teori Elliott Wave, yang menyatakan bahwa tren harga BTC bergerak dalam pola gelombang tertentu.

Dalam hal ini, Bitcoin disebutkan telah mencapai puncak gelombang kenaikan ke-5, yang biasanya menandakan akhir dari tren naik jangka pendek.

Prediksi bahwa harga akan turun ke sekitar US$84 ribu menunjukkan bahwa pasar diperkirakan akan memasuki fase koreksi.

Koreksi ini dianggap sebagai proses alami untuk menyeimbangkan pasar setelah kenaikan yang cukup besar.

Setelah koreksi selesai, ada potensi harga akan kembali melanjutkan tren naik, sesuai dengan siklus pasar.

Pernyataan bahwa setiap tren naik harus mengalami koreksi mencerminkan sifat pasar yang siklis, di mana pergerakan harga selalu mengalami naik-turun.

Koreksi seperti ini sering dilihat sebagai peluang bagi investor untuk membeli dengan harga lebih rendah sebelum potensi kenaikan berikutnya.

Namun, penting untuk diingat bahwa prediksi seperti ini tidak selalu akurat karena pasar juga dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti sentimen global, berita, atau regulasi.

Kenaikan berikutnya di tengan nuansa koreksi pendek ini juga diisyaratkan oleh analis Ali Martinez kemarin. Ia bilang, tanda kenaikan berikutnya ditandai oleh sejumlah lonjakan aksi beli yang terjadi di Binance di hari itu.

gerakan btc menurut ali

“Lonjakan signifikan dalam tekanan beli Bitcoin di Binance dalam beberapa jam terakhir menandakan sentimen bullish yang berkembang, yang menunjukkan pergerakan harga ke atas mungkin akan terjadi,” sebutnya.

Masih menurut Ali di unggahan berbeda, berdasakan TD Sequential, indikator teknikal yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi pembalikan harga, baru-baru ini mengeluarkan sinyal jual untuk Bitcoin pada grafik harian. Dia menyebutkan, saat ini ada kemungkinan sinyal tersebut menjadi tidak valid jika Bitcoin berhasil mencatatkan penutupan harian di atas US$91.900.

“Jika ini terjadi, potensi kenaikan menuju US$100.680 semakin kuat, menunjukkan momentum bullish yang dapat menggantikan tekanan jual sebelumnya,” tulisnya.

CEO MicroStrategy: Menjadi US$100 Ribu pada Akhir Tahun 2024

Sebelumnya Michael Saylor, CEO MicroStrategy, menyatakan keyakinannya bahwa kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS akan mendorong harga Bitcoin mencapai US$100.000 pada akhir tahun ini.

Ia menyebut kemenangan ini sebagai salah satu momen terpenting bagi Bitcoin dalam empat tahun terakhir, berkat dukungan dari Wall Street dan BlackRock, serta kebijakan pro-kripto yang diharapkan dari pemerintahan mendatang.

“Kami juga mendapatkan banyak dukungan konstruktif dari Wall Street. BlackRock, khususnya, telah menjadi suara yang sangat kuat dalam mengartikulasikan nilai Bitcoin,” ujar Saylor kepada CNBC.

Sikap bullish serupa dari dari CoinEx Research, bahwa tren bullish di pasar kripto berpotensi berlanjut pada November 2024 setelah Bitcoin mencapai US$70.300 pada Oktober, didorong oleh sentimen pro-kripto terkait pemilu AS dan peningkatan minat institusional pada Spot Bitcoin ETF. Kondisi makroekonomi stabil dan regulasi yang lebih longgar diprediksi memperkuat tren positif ini.

Ada Sejumlah Tantangan

Namun demikian, tantangan BTC mencapai harga setara Rp1,5 miliar bukannya tak ada. Trader Tokocrypto sebelumnya berpendapat, karena ada faktor kekhawatiran pasar terhadap inflasi yang meningkat, yang memicu spekulasi tentang kebijakan moneter agresif oleh The Fed.

“Potensi kenaikan inflasi mengingatkan pasar akan potensi pengetatan kebijakan yang agresif oleh The Fed, yang biasanya memicu volatilitas pada Bitcoin,” ujar trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/11/2024).

Setelah mencapai rekor tertinggi, Bitcoin kini menghadapi tekanan koreksi dengan target penurunan ke US$84.501, menurut analisis CobraVanguard. Koreksi ini dipandang sebagai fase alami sebelum potensi kenaikan selanjutnya, meskipun volatilitas pasar dan faktor eksternal seperti kebijakan moneter The Fed tetap menjadi tantangan signifikan bagi pergerakan harga jangka pendek. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait