Hukum Rimba Tambang Bitcoin

Tambang Bitcoin memerlukan energi listrik yang sangat besar. Itu sebuah ketetapan yang tak dapat diubah. Maka, ibarat hukum rimba, penambang Bitcoin terkuatlah yang mampu bertahan, apalagi kini masuk Bitcoin Halving III sejak 12 Mei 2020 lalu, di mana imbalan semakin kecil 50 persen daripada sebelumnya.

Matt D’Souza, CEO Blockware Solutions mengatakan penambang Bitcoin yang memiliki alat tambang model lama atau harus terbeban biaya listrik yang mahal, mungkin terpaksa berhenti total untuk menambang atau setidaknya sementara.

Setelah berhenti, sebagian besar mungkin kembali lagi menambang ketika terjadi penyesuaian mining difficulty ke arah rendah.

“Dalam situasi itu, penambang yang bisa bertahan berpeluang lebih besar mendapatkan imbalan BTC lebih banyak, berdasarkan keluaran hash rate yang mereka miliki. Ini juga berdampak pada harga Bitcoin yang relatif tidak tertekan, karena tidak mendorong para penambang untuk menjual lebih banyak imbalan BTC-nya,” kata Matt.

Matt menambahkan, akan ada potensi penurunan hash rate sebanyak 25-35 persen. Di saat itulah penambang yang bisa bertahan (tak menutup operasional tambang), berpeluang di persentasi yang sama untuk mendapatkan imbalan BTC.

“Mereka, penambang-penambang dengan alat tambang model terbaru dengan beban biaya listrik yang kecil akan mengakumulasi lebih banyak Bitcoin lagi. Dan karena itu pula mereka mungkin merasa tidak perlu menjual banyak cadangan BTC-nya hanya untuk membayar tagihan listrik dan malah membeli alat tambang baru dalam jumlah yang banyak. Akumulasi Bitcoin akan berada di tangan penambang yang kuat dan berpengalaman,” katanya. [Cointelegraph/red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait