IMF Sebut Mata Uang Digital Bernilai Emas Zimbabwe Berbahaya

Dana Moneter Internasional (IMF) telah mendorong pihak berwenang di Zimbabwe untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko penerbitan mata uang digital yang didukung emas.

Alih-alih menggunakan mata uang digital yang didukung emas untuk membatasi permintaan terhadap dolar AS, lembaga keuangan global tersebut mengatakan otoritas moneter seharusnya mempertimbangkan liberalisasi pasar valuta asing.

Mata Uang Digital Bernilai Emas Zimbabwe Berisiko Terhadap Stabilitas Makroekonomi dan Keuangan

Dana Moneter Internasional (IMF) telah meminta pihak berwenang moneter Zimbabwe untuk dengan hati-hati mempertimbangkan manfaat penerbitan mata uang digital yang didukung emas dibandingkan dengan risiko potensial terhadap ekonomi.

Alih-alih terburu-buru mengeluarkan token emas, lembaga keuangan global tersebut mengatakan otoritas seharusnya mempertimbangkan liberalisasi pasar valuta asing negara tersebut.

Pernyataan tersebut oleh IMF muncul hanya beberapa hari setelah Bank Cadangan Zimbabwe (RBZ) mulai mengeluarkan mata uang digital yang didukung emas, dikutip dari News.Bitcoin.

Seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh Bitcoin.com News, koin digital yang didukung emas adalah upaya RBZ untuk melambatkan permintaan lokal terhadap dolar AS.

Permintaan tinggi terhadap dolar AS dibandingkan dengan pasokan terbatasnya di pasar resmi telah memicu pelemahan mata uang lokal di pasar paralel dari sekitar US$1:ZWL1000 pada awal 2023 menjadi sekitar US$1:ZWL2000 pada akhir April.

Dalam setahun terakhir, RBZ merespons depresiasi mata uang lokal dengan menaikkan suku bunga acuan. Pada tahun yang sama, bank sentral memperkenalkan koin emas fisik yang diklaim akan berfungsi sebagai alternatif penyimpan nilai.

Namun, setelah RBZ mulai mengedarkan mata uang digital yang didukung emas, seorang juru bicara IMF memperingatkan beberapa risiko yang akan ditimbulkan oleh mata uang tersebut.

Penilaian yang hati-hati harus dilakukan untuk memastikan manfaat dari langkah ini melebihi biaya dan risiko potensial, termasuk risiko stabilitas makroekonomi dan keuangan, risiko hukum dan operasional, risiko tata kelola, biaya cadangan devisa yang terlewatkan.

Selain liberalisasi pasar valuta asing, juru bicara IMF dilaporkan telah mengatakan kepada pihak berwenang moneter Zimbabwe untuk tetap mengikuti solusi konvensional lainnya, termasuk menjaga kebijakan moneter yang ketat.

Peringatan dari IMF ini merupakan kali kedua institusi Bretton Woods tersebut mengkritik negara Afrika karena mengadopsi pendekatan pengelolaan mata uang dan mata uang digital yang tidak konvensional.

Pada tahun 2022, IMF memperingatkan tentang risiko terhadap stabilitas keuangan setelah Republik Afrika Tengah mengadopsi Bitcoin.

Peringatan serupa juga diberikan kepada El Salvador setelah negara tersebut menjadi negara pertama yang menyatakan Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. [az]

Terkini

Warta Korporat

Terkait