Ki Young Ju, CEO CryptoQuant, mengatakan, bahwa ada faktor penting yang mungkin akan muncul, sebagai tanda harga Bitcoin melesat lebih tinggi lagi. Ju menyebutnya sebagai “big short squeeze” dan saat ini belum sebagai tanda bullish luar biasa.
Pada tahun 2020 tak sedikit trader di pasar derivatif kripto memasang posisi short terhadap BTC, ketika harga kripto itu berada di kisaran US$10 ribu hingga US$20 ribu, sebelum gerak parabolik dimulai. Ketika itu, 10 persen dari order posisi short terlikuidasi dan saat ini, baru berkisar 1 persen,” jelas Ju di Twitter, Jumat (15/7/2022).
Apa Itu Short Squeeze dan Dampak ke Harga Bitcoin?
Short squeeze adalah kondisi tak lazim yang memicu harga aset naik secara cepat. Kondisi ini dipicu, ketika trader yang memasang posisi short di pasar derivatif yang juga tak lazim, karena melawan potensi pasar yang mungkin naik lebih tinggi (long).
Kondisi ini berperan sebagai takaran signifikan bahwa short seller memutuskan keluar dari posisi short mereka, untuk menekan kerugian dan mungkin beralih ke posisi long agar selaras dengan perubahan pasar atau masuk ke pasar spot untuk mendapatkan harga yang sudah murah.
Dengan demikian, lazimnya kondisi short squeeze lebih mencerminkan penguatan ke atas secara signifikan, setelah terjerembab secara cepat dengan besaran yang mendekati kisaran 10 persen secara historis dalam konteks aset BTC.
Namun demikian, lanjut Ju, peralihan cepat dari tertekannya harga Bitcoin dan melanjutkan kenaikan kuat, bukan bermakna harga bullish secara parabolik.
“Agar jelas, ini bukan bermakna parabolic bull run akan dimulai. Ini bermakna kita semakin dekat dengan bottom dengan menantikan munculnya short squeze ini. Pun gerak parabolik bisa berlangsung beberapa bulan hingga beberapa tahun lagi,” katanya.
Sentimen negatif terhadap harga Bitcoin juga ditegaskan sebelumnya oleh panel ahli Finder.com, bahwa harga BTC dapat menurun ke US$13.676 sebelum menutup tahun ini di US$25.500, 30 persen lebih tinggi dibanding harga BTC, US$20.392.
Bahkan pendapat Coinshares senada dengan Ju, bahwa kripto besar ini perlu waktu setidaknya 24 bulan lagi, sebelum mencetak rekor tertinggi baru.
“Namun, penguatan itu mungkin membutuhkan waktu, mengingat belum ada katalis yang sangat kuat saat ini. Yang jelas aksi jual lebih banyak daripada aksi akumulasi, pasalnya arus modal sebelumnya hingga US$30 miliar sudah menguap dalam waktu singkat dan ini sama dengan pasar modal, khususnya untuk saham di sektor teknologi,” jelas Meltem Demirors, CSO Coinshares. [ps]