Integrasi eSports-Kripto Hadapi Sejumlah Tantangan

Olahraga elektronik alias eSports dan kripto adalah dua dunia yang berkembang sangat cepat. Pendapatan di industri eSports ini bertumbuh hingga 40 persen dalam satu tahun saja. Pada tahun 2018, diperkirakan pendapatannya bisa mencapai US$900. Bahkan pada tahun 2020, bisa mencapai sekitar US$1,65 miliar. Demikian ujar Peter Nguyen, Presiden Esportsecosystem.com melalui pesan Telegram, Rabu (12/09).

“Jadi, dunia eSports berpotensi naik lebih besar lagi hingga US$3 miliar pada tahun 2023. Karena sangat banyak variabelnya, maka sangat sulit membuat prediksi yang tepat hingga satu dekade mendatang. Namun yang pasti, saya percaya tatkala pemain profesional eSports semakin dikenal oleh publik karena pendapatannya sangat besar, maka industri eSports itu sendiri akan bertumbuh lebih baik lagi. Saya adalah salah seorang yang meyakini eSports akan lebih besar daripada olahraga yang lain sebagai NFL (National Football League) di Amerika Serikat,” kata Peter.

Namun demikian, soal integrasi utuh antara eSports dan kripto bukannya tak menghadapi tantangan. Menurut Peter, tantangan utamanya adalah soal adopsi. Tak banyak orang yang memahami dunia kripto secara mendasar, belum lagi soal bagaimana ia diintegrasikan dengan model bisnis tradisional yang notabene sudah menerapkan teknologi digital.

“Saya bersama tim di Esportsecosystem.com menjajaki proses adopsi itu secara lebih hati-hati. Kami menggunakan pendekatan edukasi dan secara perlahan memandu mereka. Jikalau langkahnya terlalu cepat, ini ibarat menyorot mata mereka dengan cahaya secara langsung. Karena merasa silau, ini membuat mereka mundur menghindari. Tetapi jikalau cahaya itu kita sorotkan sebagian saja, maka mereka akan bisa memahaminya secara lebih menyeluruh,” ujar Peter.

Mengenai proyek EsportsEcosystem yang sedang dibangun oleh Peter dan kawan-kawan, Peter tak menyangkal sangat banyak proyek lain yang serupa. Tetapi, kata Peter, mayoritas di antaranya terlalu fokus pada permainan judi online daripada menyentuh para pelaku eSports itu sendiri.

Peter mengakui mereka itu adalah pesaing proyeknya. Tetapi ia dan tim fokus terlebih dahulu pada pendukungan terhadap beragam turnamen eSports lintas negara dan benua.

“Beberapa pesaing kami memang ada yang mencoba melakukan hal serupa seperti EsportsEcosystem. Tetapi, masalahnya mereka tidak memiliki platform. Sebelum kami menjalankan proyek ini, kami bukanlah pendatang baru di dunia eSports. Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun di bawah bendera Canada Cup Gaming, kami mulai mendapatkan kepercayaan dari komunitas terkait,” kata Peter.

Pakar teknologi blockchain dari BlockchainNusantara, Dimaz Ankaa Wijaya tak menampik kelajuan tinggi dunia eSports. Soal penerapan kripto di ranah eSports, baginya sudah banyak dilakukan oleh pihak lainnya. Akan tetapi ia lebih menyoroti soal business model yang bermekanisme “staking” yang kerap dijalankan oleh beberapa penyelenggara ICO.

“Saya amati beberapa proyek ICO memiliki model bisnis yang tak jelas. Kalau untuk gaming sudah ada beberapa, seperti EnjinCoin. Dengan kripto itu pemain dapat menjual-beli barang-barang virtual di game. Saya pikir model bisnis yang hanya mengandalkan staking alias orang membeli token-token mereka, itu lebih mirip dengan ponzi scheme seperti BitConnect. Mekanisme staking agak aneh, karena token-nya sendiri secara teknis tidak menggunakan mekanisme proof of stake (PoS). [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait