Jill Carlson: Bitcoin sebagai Safe Haven Perlu Waktu yang Lama

Jill Carlson, Pendiri Open Money Initiative, berpendapat Bitcoin sebagai safe haven memerlukan waktu yang lama. Namun demikian, bukan berarti menunda mempertimbangkan Raja Aset Kripto itu, katanya.

“Orang-orang berpikir saya ‘masuk’ ke Bitcoin (BTC), karena saya memiliki toleransi risiko yang tinggi. Sebenarnya, saya masuk karena saya memiliki toleransi risiko yang rendah untuk skenario terburuk,” ujarnya.

Bitcoin kerap disebut-sebut sebagai wilayah berisiko. Jill tak menampik anggapan itu, karena Bitcoin baru lahir, sekitar satu dekade. Dalam banyak hal, profil risiko Bitcoin menyerupai startup company pada tahap awal. Bitcoin tampaknya berada di antara palung kekecewaan dan kurangnya pencerahan.

“Saya berpendapat Bitcoin bisa dipandang sebagai aset safe haven memelerlukan waktu yang lama. Perlu ada edukasi yang lebih baik lagi soal investasi Bitcoin,” tegasnya.

Bitcoin, dalam banyak hal, adalah aset safe haven terbaik. Ia dapat “menjaga dirinya sendiri”. Sehingga ketika sistem tradisional memburuk, Bitcoin justru dapat diandalkan.

Penyebabnya adalah karena Bitcoin terbuka dan tanpa batas, bisa diakses oleh siapa saja, dengan pasar yang relatif likuid di setiap negara di dunia.

“Bitcoin jelas relatif tahan sensor, artinya tidak ada pemerintah atau institusi manapun yang secara langsung bisa mencegah transaksi Bitcoin. Bitcoin memiliki pasokan yang tetap dan jelas seperti emas,” katanya.

Namun, mempertimbangkan “kelakuan” Bitcoin selama beberapa pekan terakhir, karena kekhawatiran terhadap wabah virus Corona, jelas bahwa Bitcoin sebagai aset berisiko tinggi daripada sebagai aset safe haven. [Coindesk/red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait